"Tanggal 15 Februari 2017 itu kita bukan memilih Agus, Basuki atau Anies, melainkan hari penentuan bagaimana warga Jakarta ingin melihat Jakarta berubah untuk lima tahun ke depan," kata Anies saat berkunjung ke Pasar Glodok, Jakarta, Minggu.
Anies mengatakan pembangunan Jakarta harus mampu menggerakkan berbagai elemen masyarakat dalam gerakan maju bersama dengan menghargai dan menghormati perbedaan yang ada. Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 harus menjadi cermin keberagaman yang menghormati berbagai bentuk perbedaan.
Menurut Anies, Jakarta adalah jarum dalam tenun kebangsaan. Pembangunan Jakarta tidak boleh mengabaikan kesenjangan dan potensi perpecahan karena harus bergerak bersama, maju bersama, rukun bersama dan aman bersama.
"Salah satu cermin keberagaman di Jakarta terlihat dari keberadaan Glodok. Glodok adalah salah satu bagian dari kota lama Jakarta," tuturnya.
Pada masa Hindia Belanda, Glodok dikenal sebagai kawasan Pecinan terbesar di Batavia karena mayoritas warganya merupakan keturunan Tionghoa. Saat ini, Glodok dikenal sebagai salah satu sentra penjualan elektronik di Jakarta.
"Glodok dapat dikatakan cermin ke-Bhinneka-an. Terdapat beberapa rumah ibadah yang memiliki nilai sejarah, seperti Gereja Santa Maria de Fatima, Klenteng Kim Tek Ie, dan Klenteng Toa Se Bio," katanya.
Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 akan diikuti tiga pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur.
Mereka adalah Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat yang diusung PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Hanura dan Partai Nasdem; Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni yang diusung Partai Demokrat, PPP, PKB dan PAN dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang diusung Partai Gerindra dan PKS.
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016