Jember (ANTARA News) - Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Jember (Unej), Jawa Timur meneliti ikan lemuru yang memiliki kandungan omega 3 yang cukup tinggi, sehingga bisa digunakan untuk obat dan produk kesehatan.
Staf Humas dan Protokol Universitas Jember Iim Fahmi Ilman, Sabtu, mengatakan tiga mahasiswa FKG Unej yakni Dwi Riski Saputra, Sakti Wibawa dan M. Idris Kamali meriset ikan lemuru dan menuangkannya dalam karya tulis ilmiah berjudul "Pengaruh Pemberian Minyak Ikan Lemuru (Sardinella longiceps) Terhadap Densitas Serabut Kolagen Kartilago Sendi Temporomandibula Tikus Yang Mengalami Osteoartritis"
"Karya tulis tiga mahasiswa FKG Universitas Jember tersebut akhirnya menjadi juara pertama dalam ajang INDISFO National Research Competition 2016 yang dilaksanakan 9 Oktober lalu di Jakarta. INDISFO adalah ajang kompetisi karya tulis ilmiah yang diselenggarakan oleh paguyuban FKG se-DKI dan Jawa Barat," tuturnya.
Salah seorang mahasiswa (FKG) Unej Dwi Riski Saputra mengatakan hasil penelitian Suseno tahun 2014, kandungan EPA ikan lemuru sebesar 21,77 persen dan DHA sebesar 11,59 persen, sedangkan kandungan EPA ikan salmon sebesar 12,07 persen dengan DHA sebesar 10 persen. Kandungan EPA dan DHA adalah penyusun Omega 3.
"Hasil tangkapan ikan lemuru di Indonesia cukup banyak, namun pemanfaatannya baru sebatas sebagai ikan sarden, bahan tepung ikan, atau bahan pakan ternak saja," katanya.
Selama ini, lanjut dia, masyarakat Indonesia mengenal ikan salmon sebagai salah satu sumber makanan yang mengandung Omega 3 dan bermanfaat bagi kesehatan, namun sayangnya produk kesehatan yang mengandung Omega 3 dari ikan salmon harganya mahal karena ikan tersebut tidak hidup di perairan Indonesia, sehingga tidak heran jika produk kesehatan yang mengandung Omega 3 dari ikan salmon didominasi produk impor.
"Sebenarnya Indonesia memiliki kekayaan bahari yang luar biasa dan tidak kalah kandungan Omega 3-nya dengan ikan salmon yakni ikan lemuru yang banyak terdapat di perairan Indonesia, bahkan mengandung Omega 3 yang lebih tinggi daripada ikan salmon, sehingga memiliki potensi besar sebagai obat dan produk kesehatan," tuturnya.
Tiga serangkai mahasiswa FKG tersebut melihat potensi ikan lemuru di daerah Muncar-Kabupaten Banyuwangi dan di Kecamatan Puger-Kabupaten Jember.
"Hasil ikan lemuru di Muncar bisa mencapai 6 ton per tahun dan tentu saja ini potensi yang luar biasa jika bisa diolah sebagai obat dan produk kesehatan yang pasti tak kalah dengan produk kesehatan berbahan ikan salmon," ujarnya.
Potensi ikan lemuru dengan Omega 3-nya mendorong tiga mahasisa FKG Unej itu untuk meneliti minyak ikan lemuru sebagai obat radang sendi temporomandibula (sendi yang menghubungkan antara tengkorak dengan rahang).
"Radang sendi temporomandibula banyak diderita oleh perempuan, khususnya yang memasuki masa menopouse akibat perubahan hormonal. Dengan bertambahnya usia, maka densitas serabut kolagen kartilago pada sendi temporomandibula makin berkurang. Jika tidak diobati, bisa berakibat fatal mulai pusing berat, tidak bisa menggerakkan rahang, hingga susah membuka mulut," tambahnya.
Dari berbagai kajian pustaka, lanjut dia, Omega 3 diyakini berkontribusi meningkatkan kemampuan tubuh untuk memperbaiki diri.
"Oleh karena itu, kami coba meneliti pemberian Omega 3 dari ikan lemuru sebagai obat radang sendi temporomandibula, dan hasilnya memuaskan," ucapnya.
Dari penelitian selama tiga bulan, katanya, pemberian minyak ikan lemuru yang mengandung Omega 3 kepada tikus percobaan membuat serabut kolagen kartilago tikus mengalami perbaikan signifikan.
"Dalam penelitian, kami mengekstraksi tiga kilogram ikan lemuru sehingga menghasilkan enam mililiterminyak ikan dan kemudian kami injeksikan secara bertahap ke rahang tikus percobaan, sehingga ikan lemuru dapat dijadikan untuk produk kesehatan dan obat," pungkasnya.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016