Surabaya (ANTARA News) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini meminta pihak kepolisian dalam hal ini Densus 88 untuk menelusuri teror atau ancaman bom dari orang tidak dikenal melalu telepon yang ditujukan untuk rumah dinas walikota dan Balai Kota Surabaya beberapa hari lalu.
"Kami sudah minta Densus 88 untuk mengungkap teror bom itu," kata Risma, usai menerima tamu Word Bank di rumah dinasnya di Jalan Sedap Malam, Surabaya, Sabtu.
Risma menilai aneh terkait ancaman seorang pria yang meminta eks lokalisasi Dolly, yang dikenal terbesar se-Asia Tenggara, yang sudah ditutup untuk dibuka kembali.
"Kapan saya buka Dolly, kok sekarang diminta buka Dolly," kata Risma.
Risma menegaskan ditutupnya Dolly bukan untuk menyusahkan warga di sekitar Dolly. Melainkan untuk membantu mensejahterakan masyarakat Dolly dalam segi prekonomian.
Terlebih, kata Risma, nasib anak-anak yang berada di kawasan Dolly. Mereka jauh dari lingkungan anak-anak pada umumnya, khususnya dalam segi pendidikan.
"Yang paling saya perhatikan prekonomian mereka, nasib pendidikan anak-anak di sekitar. Makanya kita kasih beasiswa pada mereka, kita beri pelatihan wirausaha kepada warga setempat," katanya.
Terkait ancaman melalui telepon yang menyebut akan meledakkan rumah dinas walikota dan balai kota, Risma mengaku tidak takut. Sebab, menurut Risma, Tuhan akan selalu melindunginya. "Saya tidak takut dengan ancaman itu," katanya.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbanglinmas) Pemkot Surabaya Soemarno sebelumnya mengatakan Rumah Dinas Wali Kota Surabaya dan gedung Pemkot Surabaya mendapat teror bom dari orang tidak dikenal melalui telepon pada Rabu (19/10) sore.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016