Bengkulu, Bengkulu (ANTARA News) - Bank Indonesia memprediksi inflasi Bengkulu pada akhir 2016 sedikit lebih tertekan akibat fenomena cuaca La Nina.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu, Bambang Himawan, di Bengkulu, Sabtu, mengatakan pada periode yang sama di 2015, tekanan inflasi Bengkulu berada pada angka 3,25 persen (yoy), dan pada akhir 2016 diperkirakan pada rentang 4,1-4,5 persen (yoy).
"Sumber tekanan inflasi akhir tahun 2016 berasal dari volatile foods atau pangan hortikultura dan administered price atau harga ketetapan pemerintah," kata dia.
La Nina yakni fenomena cuaca di mana curah hujan menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan kondisi normal. Fenomena ini kebalikan dari kondisi El Nino, El Nino sempat melanda Bengkulu pada akhir 2015.
Fenomena La Nina yang terjadi pada paruh kedua 2016, kata Bambang, dikhawatirkan mempengaruhi kuantitas produksi tanaman pangan dan hortikultura.
"Sementara infrastruktur pendukung produksi Bengkulu masih sangat minimal dalam meredam efek yang ditimbulkan," tuturnya.
Kekurangan pasokan pangan dikhawatirkan memberikan tekanan yang cukup signifikan pada sektor "volatile foods", harga di pasaran jadi lebih tinggi dibanding situasi normal.
"Kita merekomendasikan TPID dan pemerintah daerah untuk menggelar operasi pasar atau pasar murah untuk menjaga kestabilan harga pasar," ucapnya.
Pemerintah Kota Bengkulu mulai menggelar pasar murah pada pertengahan Oktober 2016, sementara Badan Urusan Logistik Divre Provinsi Bengkulu masih tetap menggelar pasar murah sejak Hari Raya Idul Adha 2016.
"Begitu juga kabupaten lain, kita merekomendasikan operasi pasar dan pasar murah, bahan yang disediakan disesuaikan dengan tingkat kebutuhan pangan masyarakat dan sementara pasokan mengalami penurunan kuantitas," ujarnya.
Pewarta: Boyke LW
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016