Canberra (ANTARA News) - Panglima TNI Marsekal TNI Djoko Suyanto dijadwalkan tiba di Canberra, Rabu, untuk memulai kunjungan dua harinya di Australia guna memperkuat hubungan militer kedua negara yang semakin baik, kata Atase Pertahanan KBRI Canberra, Marsma TNI Kuswantoro. "Kehadiran Panglima TNI di Canberra merupakan kunjungan balasan terhadap kunjungan Panglima Angkatan Bersenjata Australia, Air Chief Marshal Allan Grant (Angus) Houston ke Indonesia," katanya menjawab ANTARA di Canberra, Senin. Ia mengatakan kedua pihak antara lain akan membicarakan kelanjutan kesepakatan yang tertuang dalam Perjanjian Lombok (Frame Work Of Security Agreement antara Indonesia-Australia yang ditandantangani di Lombok tahun lalu-red.) guna memperkuat kerja sama militer kedua negara. Selama kunjungannya, Djoko Suyanto, didampingi Dubes RI untuk Australia dan Vanuatu TM Hamzah Thayeb, akan bertemu dengan mitranya, Marsekal Allan Grant (Angus) Houston, Menteri Pertahanan Brendan Nelson, Menteri Luar Negeri Alexander Downer di Canberra, dan Perdana Menteri John Howard di Sydney. Menurut Kuswantoro, selama ini hubungan militer kedua negara terus menguat. Kedua angkatan bersenjata terlibat dalam latihan bersama dan saling mengirimkan perwiranya untuk mengikuti sesko dan Lemhanas di masing-masing negara. "Setiap tahunnya, kita mengirimkan masing-masing tiga orang untuk mengikuti sesko dan Lemhanas Australia (Defence Strategic Studies Course-red.). Selain itu, sebanyak 14 perwira TNI mendapatkan bea siswa dari Pemerintah Australia untuk melanjutkan studi magister bidang studi-studi manajemen pertahanan," katanya. Terkait dengan peningkatan hubungan militer kedua negara, Angkatan Udara Australia misalnya menyerahkan bantuan suku cadang Hercules C-130E senilai Rp2,8 miliar kepada TNI AU baru-baru ini guna meningkatkan kemampuan TNI-AU dalam operasi bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana di Tanah Air. Sementara itu, Dubes Australia untuk Indonesia, Bill Farmer, di Jakarta, menyebutkan bantuan suku cadang itu memenuhi kepentingan bersama kedua pihak dalam pemberian bantuan kemanusiaan dan penanganan bencana. Pada Desember 2006 Angkatan Udara Australia dan TNI AU melakukan kegiatan kerja sama operasi C-130 dalam Latihan Rajawali Ausindo di Pangkalan Angkatan Udara Australia Richmond. "Penyerahan suku cadang tersebut menunjukkan hubungan Angkatan Udara Australia dan Indonesia yang semakin erat," kata Farmer. Pesawat C-130 dari kedua negara berperan penting dalam operasi pembangunan kembali pasca tsunami Asia pada Desember 2004, sedangkan pesawat C130 TNI AU berperan dalam operasi pemberian bantuan untuk korban gempa bumi Yogyakarta pada 2006. (*)

Copyright © ANTARA 2007