New York (ANTARA News)- Pernyataan Donald Trump yang berulang kali menyatakan Pemilu akan berlangsung curang dan tidak akan mengakui hasil pemilu jika kalah, tampaknya beresonansi kepada para pemilih Republik.
Menurut jajak pendapat Reuters/Ipsos, hanya separuh Republiken yang akan menerima Hillary jika menang Pemilu, tetapi 70 persen responden Republik menyebut kemenangan itu akibat kecurangan.
Sebaliknya, tujuh dari setiap 10 orang Demokrat akan menerima Trump jika menang, dengan 50 persen menyebut kemenangan Trump itu karena curang.
Jajak pendapat ini juga memperlihatkan ada kekhawatiran bersar dari publik terhadap masalah pemungutan suara, seperti pemilih abal-abal yang masuk bilik suara, tekanan terhadap pemilih, dan penghitungan suara. Di antara itu semua kaum republikenlah yang lebih menyuarakan kekhawatiran.
Misal, hampir delapan dari setiap 10 republiken mengkhawatirkan akurasi penghitungan terakhir suara. Selain itu, hanya enam dari setiap sepuluh republiken yang yakin suara Pemilu dihitung secara akurat.
Di kalangan Demokrat, enam dari setiap 10 orang Demokrat mengkhawatirkan penghitungan suara. Mereka juga percaya suara mereka memang bakal dihitung, namun delapan dari setiap 10 orang Demokrat yakin suara Pemilu secara akurat.
"Kaum republik lebih khawatir menyangkut segala hal ketimbang kaum demokrat," kata Lonna Atkeson, profesor Universitas New Mexico dan ketua Center for the Study of Voting, Elections, and Democracy, seperti dikutip Reuters.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016