Pekanbaru (ANTARA News) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru melaporkan, satelit Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) tidak bisa mendeteksi titik panas di Sumatera.
"Hot spot (titik panas) tidak dapat diperbaharui karena sebagian wilayah Sumatera alami blank area (wilayah kosong)," ucap Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Pekanbaru, Slamet Riyadi di Pekanbaru, Jumat.
Menurutnya, kedua satelit NASA yakni Terra dan Aqua mengalami wilayah kosong atau tidak mampu menjangkau titik panas yang dihasilkan dari permukaan bumi karena terdapat penghalang.
Sementara pada pukul 7.00 Wib atau pagi hari, kedua satelit tersebut menyatakan nihil atau tidak terdapat baik titik panas maupun titik api di wilayah Sumatera.
Padahal dalam dua hari terakhir, lanjut dia, satelit mendeteksi terdapat puluhan titik panas di beberapa provinsi pada pulau terbesar ketiga di Indonesia itu.
Seperti Rabu (19/10), satelit mendeteksi total 60 titik panas tersebar pada empat provinsi yakni Bangka Belitung 24 titik, Sumatera Selatan 19 titik, Lampung 15 titik dan Jambi dua titik.
Lalu pada Kamis (20/10) pagi, terpantau 56 titik panas berada di empat provinsi yaitu Bangka Belitung 24 titik, Sumatera Selatan 19 titik, Lampung 12 titik dan Jambi satu titik.
"Dan lima hari terakhir, satelit tak temukan titik panas di Riau atau setelah lahan gambut di Kepulaun Meranti terbakar," terang Slamet.
Meski Provinsi Riau dinyatakan nihil, tapi Satuan Tugas Penanggulangan Karhutla tetap melakukan patroli udara secara rutin memantau keberadaan titik api.
"Walau setiap hari kita terima jumlah titik api dari BMKG, tetapi patroli secara rutin tetap dilakukan," ucap Wakil Komandan Satgas Penanggulangan Karhutla Provinsi Riau, Edwar Sanger.
Hingga Jumat (14/10), Satgas Karhutla Riau mencatat, 3.810 hektare telah hangus terbakar dan menetapkan total 95 tersangka dari 74 perkara, dua kasus diantaranya diduga dilakukan oleh korporasi.
Pemerintah Provinsu Riau telah tetapkan status siaga darurat karhutla selama enam bulan atau terhitung mulai 1 Juni hingga 30 November 2016
Pewarta: Muhammad Said
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016