Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perindustrian meyakini bahwa masuknya mobil asal India Renault Kwid ke Indonesia tak akan mengganggu produksi mobil Kendaraan Bermotor Hemat Bahan Bakar dan Harga Terjangkau (KBH2) atau dikenal dengan Low Cost Green Car (LCGC) Tanah Air.
"Menurut saya sih tidak, kenapa harus terganggu. Kan menjual mobil itu tidak seperti jual tahu yang langsung dimakan," kata Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika I Gusti Putu Suryawirawan di Jakarta, Jumat.
Putu menyampaikan, konsumen akan mempertimbangkan berbagai hal dalam membeli kendaraan, salah satunya adalah pelayanan purna jual atau after sales kendaraan itu sendiri.
"Dia kan ada after sales, dia perlu jaringan, apalagi orang Indonesia belinya tidak cash, perlu dukungan dari lembaga keuangan," ungkap Putu.
Menurut Putu, dengan mematok harga yang setara dengan mobil LCGC di Indonesia yakni Rp117,7 juta, kendaraan yang diimpor utuh dari India tersebut bebas bersaing di pasar otomotif Indonesia, selama memenuhi ketentuan yang ada.
"Kan sekarang kita bebas, orang boleh masukin mobil selama dia memang memenuhi standar dan homologasie dari Kementerian Perhubungan. Jadi, sebetulnya itu adalah proses pengujian. Kalau dari proses itu dia sudah lolos, dia langsung masuk pasar kita, tidak masalah," ungkap Putu.
Jakarta Agen pemegang merek Renault di Indonesia, PT Auto Euro Indonesia, baru saja mengenalkan mobil crossover berkapasitas lima penumpang, Kwid, di Jakarta beberapa waktu lalu.
Dengan harga Rp117,7 juta, Renault Kwid memiliki kapasitas mesin 999 cc dengan tiga silinder 12 katup dan transmisi manual synchomesh lima tingkat percepatan.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2016