Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan dolar AS kembali menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia setelah harga minyak mentah dunia melemah dan menekan permintaan mata uang terkait komoditas seperti rupiah.
"Penurunan itu meredupkan daya tarik mata uang komoditas," ucapnya.
Di sisi lain, ia mengatakan, data penjualan rumah yang ada di Amerika Serikat yang pada September naik 3,2 persen dari bulan sebelumnya menjadi 5,47 juta unit turut menopang dolar AS.
Selain itu, ia melanjutkan, data klaim pengangguran mingguan Amerika Serikat yang diperkirakan masih berada di bawah 300.000 disikapi positif oleh investor di pasar uang.
Sementara ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan di luar perkiraan konsensus, Bank Indonesia yang memangkas suku bunga acuan (BI 7 day repo rate) 25 basis poin menjadi 4,75 persen akan menjaga rupiah tidak tertekan lebih dalam.
Selanjutnya, ia mengatakan, perhatian pelaku pasar akan kembali tertuju pada pembahasan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2017 serta pencapaian amnesti pajak periode kedua serta data inflasi Oktober 2016.
"Fluktuasi mata uang rupiah masih berpeluang terjaga," tutur dia.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016