"Goalball dimulai ketika wasit berteriak play. Ketika terjadi suara (yang menganggu), pertandingan dihentikan," ujar salah seorang wasit goalball, Offi Hartanto di GOR Laga Tangkas Arcamanik, Bandung, Kamis sore.
10 detik setelah pertandingan dimulai, dua tim yang masing-masing terdiri dari tiga pemain tuna netra (baik low vision maupun tuna netra total) mengatur strategi melempar bola berusaha menjebol pertahanan lawan, menciptakan gol demi gol selama 2X12 menit.
Bola yang digunakan telah dimodifikasi sehingga menghasilkan suara ketika menyentuh lantai.
Sebelumnya, keenam pemain ditutup kedua matanya menggunakan penutup berbahan karet yang dilapisi kain kassa). Mereka dilarang membetulkan letak penutup mata tanpa izin wasit.
"Lemparan pertama tidak boleh melewati landing area atau area kedua setelah area sendiri. Kalau lewat, kena pinalti. Area goalball sendiri terdiri dari tiga yakni area netral, landing dan area masing-masing pemain," kata Offi.
Tiga pemain berjejer menutupi gawang masing-masing. Mereka diizinkan melakukan gerakan menjatuhkan badan demi melindungi gawangnya.
Pemain goalball hanya diizinkan melakukan empat kali lemparan berturut-turut. Bila lewat, maka wasit berhak memberikan penalti.
"Yang melakukan kesalahan dia menjadi kipernya (saat lemparan pinalti)," kata dia.
Selain itu, pemain juga dilarang menendang bola dan berteriak, karena mengganggu pertandingan.
"Tindakan tidak sportif, seperti menendang bola dan berteriak, dilarang. Dua kali berturut-turut (melakukan pelanggaran), dia harus dikeluarkan," ujar Offi.
Tim dinyatakan menang jika selisih gol dengan lawan terpaut 10 poin.
Petugas dalam pertandingan goalball terdiri dari dua orang wasit, empat orang just goal (pengesah gol) dan satu orang penghitung waktu.
Goalball menjadi salah satu pertandingan khas ajang paralimpik yang dikhususkan untuk penyandang keterbatasan penglihatan.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016