Jakarta (ANTARA News) - Seorang pengamat pasar uang mengatakan nilai tukar rupiah di pasar uang pada pekan depan diperkirakan akan masih berkutat pada kisaran antara Rp9.050 hingga Rp9.100 per dolar AS. "Kami optimis rupiah akan kembali menguat, namun pada kisaran Rp9.050 hingga 9.100 per dolar AS. Kondisi pasar saat ini juga sedang membaik, karena dukungan pasar internal seperti penerbitan surat utang oleh pemerintah dan aktifnya investor asing bermain saham di pasar modal," kata Farial Anwar di Jakarta, akhir pekan ini. Farial Anwar yang juga Ketua Currency Management Indonesia, mengemukakan rupiah sebelumnya sempat berada di bawah level Rp9.100 per dolar AS selama tiga hari pada awal pekan ini yang menunjukkan kuatnya dukungan pasar. Bahkan mata uang lokal itu akan terus menguat hingga mendekati level Rp9.000 per dolar AS. Namun kecenderungan menguatnya rupiah tertahan oleh Bank Indonesia (BI) yang tidak menginginkan mata uang lokal itu berada di bawah tersebut. Kuatnya dukungan pasar, menurut dia, karena investor asing selain bermain saham juga menempatkan dananya di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang tingkat suku bunganya masih tinggi mencapai sembilan persen. "Mereka juga aktif membeli Surat Perbendaharaan Negara (SPN) dan Surat Utang Negara (SUN), karena pasar domestik dinilai masih memberikan keuntungan," katanya. Meski demikian, lanjutnya, BI tetap menjaga pergerakan rupiah yang cenderung menguat dengan melakukan intervensi pasar, sehingga mata uang lokal itu tidak terus menguat bahkan kembali tertekan pasar. Hal ini dilakukan BI agar likuiditas rupiah tetap terjaga dalam kisaran yang tidak jauh sehingga baik eksportir maupun importir dalam kondisi yang nyaman, katanya. Menurut dia, BI seharusnya membiarkan saja rupiah terus menguat hingga mencapai level Rp9.000 per dolar AS, karena dengan makin membaiknya rupiah menunjukkan ekonomi makro Indonesia semakin bagus. "Sekalipun kenaikan rupiah mengakibatkan eksportir mengeluh, namun apakah mereka memberikan pendapatan kepada negara atas produk yang dijual ke luar negeri," katanya. Farial mengatakan faktor bertahannya BI Rate menjadi salah satu faktor yang memicu rupiah menguat, meski tujuan BI tidak menurunkan BI rate hanya untuk menjaga investor asing tetap bermain di pasar domestik. "Karena apabila bunga BI rate turun, maka investor asing dikhawatirkan akan mengalihkan dananya ke tempat lain," katanya. Walaupun demikian, BI memang pantas untuk terus menjaga likuiditas rupiah agar tidak bergerak naik terlalu jauh dan juga tidak turun tajam, tambah Farial Anwar. (*)

Copyright © ANTARA 2007