"Warga Kendari memiliki imunitas tinggi terhadap pengaruh ancaman paham radikal," kata Laode di Markas Polres Kota Kendari Sultra, Rabu.
Laode mengatakan masyarakat Kendari memiliki budaya dan kearifan lokal yang kuat sehingga dapat membentengi potensi penyebaran paham yang menyimpang.
Terlebih masyarakat di Kendari maupun Sultra hidup dengan komunitas budaya yang heterogen sehingga setiap budaya telah memiliki imunitas terhadap ajaran negatif.
"Beberapa etnik mengajarkan kasih sayang yang ada dalam adat istiadat dengan multikultural," tutur Ketua Bidang Riset Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi Sultra itu.
Namun, Laode mengingatkan setiap instansi seperti pemerintah daerah, Polri, TNI, MUI, tokoh masyarakat, dan tokoh agama agar meningkatkan koordinasi untuk berbagi informasi terkait potensi perkembangan paham radikal.
Aparat keamanan juga harus mengintensifkan pengamanan di daerah perbatasan Provinsi Sultra dengan Poso, Sulawesi Tengah, yang menjadi basis kelompok teroris Santoso.
Sementara itu, Kapolresta Kendari Ajun Komisaris Besar Polisi Sigid Haryadi menyatakan upaya antisipasi gerakan radikal dan anti-Pancasila telah dilakukan anggota Binmas/Bhabinkamtibmas dan intelkam secara bergilir setiap bulan dengan mengundang tokoh agama.
Sigid menambahkan kegiatan lingkup antisipasi aktivitas radikalisasi juga melibatkan tokoh pendidikan, masyarakat, kepemudaan dan pelajar, serta pihak yang potensi menggalang potensi gerakan radikal.
(T014)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016