Bandung (ANTARA News) - Pelatih tim sepakbola cerebral palsy (CP) di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) Jawa Barat XV/2016 memiliki suatu racikan saat melatih atlet-atlet dalam skuadnya.
Pelatih dan asisten pelatih tim Kalimantan Selatan, Sarno serta Berni Munkar menuturkan sebelum melatih, dirinya harus mempelajari karakter-karakter pemainnya. Tak sedikit dari mereka yang terkesan manja dan sensitif.
"Sangat beda dengan membina orang normal. Ini pertama kali kami menangani CP, artinya kami harus banyak belajar dari sifat mereka," kata Berni kepada ANTARA News di sela penyelenggaraan Peparnas 2016, Rabu sore.
"Beda-beda, kadang-kadang muncul rasa manja, yang perlu perhatian esktra. Membina mereka itu harus menyelami mereka," sambung Sarno.
Berni menuturkan, saat pemain melakukan kesalahan, ada teknik menegur khusus yang dia gunakan dan cara itu mumpuni.
"Kalau melatih yang normal kita kan bisa berteriak sembari menunjuk. Kalau mereka tidak bisa, karena mereka sensitif. Itu yang kami jaga agar mereka tetap bisa memahami apa yang disampaikan saat latihan. Saya banyak diamnya. Kami panggil temannya, kami contohkan. Setelah itu mereka daya tangkapnya cepat," tutur dia.
Kemudian, racikan khusus juga dibutuhkan saat latihan. Hal ini seperti diungkapkan pelatih Jawa Tengah, Supadiyanto. Berbeda dengan atlet kebanyakan, pria yang juga merupakan atlet sepakbola itu tak memaksakkan
"Kalau saya melatih, saya menyuruh lari sebisanya seperti lari zig zag sebisanya tergantung kemampuan sendiri-sendiri. Lalu dalam pola passing satu dua tiga, karena lapangannya lebih kecil. Bergantian, berpindah tempat, ada tekniknya," kata dia.
Sudiyanto mengatakan benar-benar memaksimalkan latihan fisik bagi atlet-atlet binaannya.
"Yang saya gojlok fisiknya. Kalau passing-passing 2, semua sudah menguasai. Kalau mau mengumpan di kelas T7. Susah. Kalau T7 mau mengumpan yang T8 harus mendekat," kata dia.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016