Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mengakui beban utang luar negeri selama dua tahun Pemerintahan Jokowi-JK mengalami peningkatan namun pengelolaannya masih terkendali.
Laporan Capaian Dua Tahun Pemerintahan Jokowi-JK yang diperoleh di Jakarta, Rabu, menyebutkan per akhir Juli 2016, utang luar negeri (ULN) mencapai 324,2 miliar dolar AS atau naik 6,4 persen (yoy/tahun ke tahun).
Jumlah itu terdiri dari ULN swasta sebesar 164,5 miliar dolar AS dan ULN pemerintah 159,7 miliar dolar AS.
Per Desember 2015, jumlah ULN Indonesia mencapai 299 miliar dolar AS terdiri dari ULN swasta 167 miliar dolar AS sementara ULN pemerintah 132 miliar dolar AS. Sementara per Desember 2014, jumlah ULN mencapai 288 miliar dolar AS terdiri dari ULN swasta 164 miliar dolar AS dan ULN pemerintah 124 miliar dolar AS.
Berdasarkan jangka waktu asal, ULN jangka panjang mencapai 283 miliar dolar AS atau naik 8,0 persen (yoy) sementara ULN jangka pendek turun tercatat sebesar 41,2 miliar dolar AS atau turun 3,6 persen (yoy).
Berdasar kelompok peminjam, posisi ULN Indonesia masih didominasi ULN sektor swasta.
Pemerintah menyebut beberapa indikator beban ULN, meskipun mengalami peningkatan, namun masih menunjukkan bahwa pengelolaan beban ULN Indonesia masih terkendali.
Bank Indonesia (BI) melaporkan ULN tumbuh melambat, atau sebesar 6,3 persen secara tahunan, menjadi 323 miliar dolar AS pada Agustus 2016, dibandingkan pertumbuhan tahunan Juli yang sebesar 6,6 persen.
"ULN berjangka pendek, dan utang peminjam swasta terus menurun, sedangkan utang publik atau pemerintah, dan utang jangka panjang meningkat," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara dalam publikasi Statistik ULN Indonesia.
Jika melihat debiturnya, utang publik atau pemerintah naik 19,2 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (yoy), tumbuh lebih tinggi dibanding Juli yang naik 18,7 persen (yoy). Pertumbuhan utang pemerintah itu menjadi 159,7 miliar dolar AS dan porsinya sebesar 49,4 persen dari total ULN hingga Agustus 2016.
Sementara utang dari debitur swasta terus menurun. Pada bulan ke-delapan ini, ULN swasta menurun 3,9 persen (yoy), lebih dalam dari Juli 2016 yang turun 3 persen. Akibat penurunan itu, ULN Indonesia untuk debitur swasta terkontraksi menjadi 163,3 miliar dolar AS dengan porsi 50,6 persen dari total ULN.
Laporan capaian itu melibatkan sejumlah indikator yaitu kemiskinan, ketimpangan, pengangguran, pertumbuhan ekonomi, inflasi, kemiskinan dan indikator lainnya berupa ULN.
Mengenai pertumbuhan ekonomi, pemerintah menyebut di tengah perlambatan dan ketidakpastian global, perekonomian Indonesia masih tumbuh dan termasuk salah satu yang tinggi di Asia. Rata-rata pertumbuhan ekonomi global hanya mencapai 2,5 persen.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester I 2016 mencapai 5,04 persen dibanding periode yang sama tahun 2015 yang sebesar 4,79 persen.
Sementara investasi pada semester I tahun 2016 tumbuh sebesar 14,8 persen dibanding periode yang sama tahun 2015.
Sedangkan indikator inflasi pada September 2016 mencapai 1,97 persen (year to date) dan 3,07 persen (yoy).
Angka itu lebih rendah dibanding September 2015 yang mencapai 2,24 persen (ytd) dan 6,83 persen (yoy). Juga lebih rendah dari Desember 2015 yang mencapai 3,35 persen (ytd dan yoy).
Pewarta: Agus Salim
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016