Paris (ANTARA News) - Presiden Rusia Vladimir Putin bertolak ke Berlin, Rabu, untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) mengenai Ukraina di tengah ketegangan antara Moskow dan Eropa terkait keterlibatan Rusia dalam konflik Ukraina serta Suriah.
Pertemuan antara pemimpin Rusia, Jerman, Prancis dan Ukraina itu akan "mengevaluasi pelaksanaan" perjanjian damai Ukraina yang disepakati di Minsk menurut pernyataan kantor kepresidenan Prancis, Selasa (18/10).
Kunjungan perdana Putin ke Berlin sejak konflik Ukraina meletus pada 2014 itu terjadi sehari sebelum pemimpin 28 negara anggota Uni Eropa membahas hubungan dengan Rusia, termasuk sanksi terkait konflik Ukraina, yang akan diperbarui akhir tahun ini.
KTT Uni Eropa di Brussels juga diperkirakan membahas keterlibatan Rusia di Suriah, yang memicu perselisihan antara Rusia dan Prancis pekan lalu, yang memicu Putin membatalkan rencana kunjungan ke Paris.
KTT Ukraina Rabu juga akan "membahas langkah-langkah ke depan dalam proses untuk mengakhiri krisis di Ukraina timur."
Pertemuan itu akan menjadi yang pertama sejak pertemuan di Paris pada Oktober 2015 yang dihadiri oleh pemimpin keempat negara di bawah apa yang disebut "Normandy Format".
Presiden Prancis Francois Hollande akhir pekan lalu menyeru semua pihak yang terlibat dalam konflik Ukraina membuat peta jalan untuk mengakhiri krisis.
Tujuannya untuk membantu Ukraina mendapatkan kembali kendali atas perbatasan dengan Rusia, katanya setelah berbicara lewat telepon dengan Presiden Ukraina Petro Poroshenko.
Hollande pada Rabu sudah berbicara dengan Kanselir Jerman Angela Merkel dan Putin tentang penyelenggaraan konferensi tingkat tinggi mengenai konflik itu.
Rusia, yang mencaplok Semenanjung Krimea milik Ukraina pada 2014, mendukung pemberontakan kelompok separatis pro-Moskow di Ukraina Timur, yang telah merenggut hampir 10.000 jiwa.
Moskow membantah tuduhan telah mengirim pasukan dan persenjataan di sepanjang perbatasannya dengan Ukraina untuk memicu konflik yang meletus April 2014, merusak sebagian besar jantung industri Ukraina Timur.
Semua pihak menyetujui kesepakatan damai yang diperantarai oleh Jerman dan Prancis pada Februari 2015, tapi perjanjian Minsk hanya bisa menurunkan intensitas pertempuran, bukan menghentikannya, demikian menurut warta kantor berita AFP.
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016