Jakarta (ANTARA News) - Crosscut Asia, yang menjadi salah satu program di Festival Film Internasional Tokyo (TIFF) ke-29, menjadi "panggung" bagi 11 film Indonesia karya dari sembilan sutradara kenamaan Tanah Air.
Tahun ini, Crosscut Asia menetapkan Indonesia sebagai fokusnya, mengangkat tema "Colorful Indonesia", dengan menampilkan film-film terbaik yang merefleksikan keberagaman budaya di Indonesia, sejak tahun 1980-an.
Director General The Japan Foundation Tsukamoto Norihisa di Jakarta, Selasa, mengatakan, film Indonesia yang tayang di Crosscut Asia, adalah hasil kerja kreatif para pembuat film yang menampilkan tema-tema yang berkaitan dengan masyarakat modern, seperti agama, etnis, gender, dan cinta dalam berbagai bentuknya.
"Ini merupakan kesempatan yang besar bagi sineas Indonesia untuk memperkenalkan film-film Indonesia pada publik Jepang," katanya, di Jakarta, Selasa, didampingi sejumlah sutradara yang filmnya tayang di Crosscut Asia yakni Riri Riza, Ifa Isfansyah, Edwin, dan Kamila Andini.
Ke-11 film Indonesia yang tayang di Crosscut Asia yakni "Emma'" atau yang dikenal dengan "Athirah" garapan Riri Riza, "Three Sassy Sisters" atau "Ini Kisah Tiga Dara" arahan Nia Dinata, dan "Catatan Dodol Calon Dokter" yang disutradarai Ifa Isfansyah.
Kemudian, "Filosofi Kopi" (2015) arahan Angga Dwimas Sasongko, "Following Diana" atau yang dikenal dengan "Sendiri Diana Sendiri" (2015) yang disutradarai Kamila Andini, "Fiction" (2013) besutan Mouly Surya, dan "Someone's Wife in the Boat of Someone's Husband" (2013) dengan sutradara Edwin.
Tiga film Teddy Soeriaatmadja yakni "About a Woman" (2014), "Something in the Way" (2013), dan "Lovely Man" (2011) juga turut mengisi seksi tersebut.
Kemudian satu film klasik Tanah Air garapan sutradara Usmar Ismail "Lewat Djam Malam" (1954) dalam versi yang telah direstorasi juga terpilih untuk tayang di Crosscut Asia TIFF.
Kehadiran film Indonesia di sebuah festival film khususnya TIFF ke-29, dipandang oleh Riri Riza sebagai momen berharga untuk memperkenalkan film Indonesia ke publik Jepang dan penonton internasional.
Menurut Riri, film merupakan medium yang sangat efektif untuk memperkenalkan budaya suatu bangsa dan Crosscut Asia: Colorful Indonesia merupakan program lengkap yang menggambarkan kondisi riil Indonesia
"Dari film-film yang dipilih untuk menjadi fokus tahun ini, itu film-film yang bisa menggambarkan kondisi Indonesia baik secara sosial, kebudayaan, dan keterbukaan dalam demokrasi," katanya.
Tidak berbeda dengan Riri, Ifa Isfansyah pun menilai Crosscut Asia adalah program penting untuk mendekatkan para pembuat film dengan para penontonnya, dan memperkenalkan sinema Indonesia di tataran internasional.
"Menurut saya (film-film yang ditayangkan) cukup representatif, rangkuman dari warna tema filmnya, bentuk filmnya, cara bertuturnya, termasuk rangkuman dari para pembuatnya sendiri," katanya.
Crosscut Asia digagas oleh The Japan Foundation dan TIFF pada 2014 untuk menampilkan film-film Asia. Sebelumnya, Crosscut Asia menjadikan film-film Thailand (2014) dan Filipina (2015) sebagai fokus.
Pewarta: Heppy Ratna Sari
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016