Cape Canaveral (ANTARA News) - Roket tanpa awak Antares milik Orbital ATK Inc meluncur dari Virginia dengan membawa kapal kargo ke Stasiun Antariksa Internasional, Senin (17/10), menandai peluncuran kembali roket itu dua tahun setelah meledak saat peluncuran.

Roket setinggi 14 lantai yang ditenagai sepasang mesin buatan Rusia itu lepas landas dari Pulau Wallops, Virginia, pukul 19.45 menurut siaran TV NASA.

Peluncuran itu ditunda lima menit untuk memberikan waktu tambahan kepada awak guna meninjau kembali daftar mereka, kata Presiden Orbital Frank Culbertson kepada wartawan.

"Sungguh menggembirakan melihat kendaraan itu meluncur. ...Saya sangat senang melihat Antares kembali," kata Amanda Davis, direktur program rekayasa Orbital, sebagaimana dilansir kantor berita Reuters.

Roket itu membawa kapsul Cygnus bermuatan 5.290 pound (2.400 kilogram) makanan, perbekalan, peralatan dan sarana penelitian ilmiah untuk stasiun antariksa, laboratorium senilai 100 miliar dolar AS di orbit 400 kilometer di atas permukaan Bumi.

Kapsul itu diperkirakan mencapai stasiun luar angkasa pada Minggu setelah melayang beberapa hari di orbit untuk memberikan waktu bagi kapsul Soyuz dari Rusia membawa tiga awak baru mencapai stasiun pada Jumat. Soyuz dijadwalkan meluncur Rabu dari Kosmodrom Baikonur di Kazakhstan.

Peluncuran terakhir Antares pada 28 Oktober 2014 berakhir menjadi bencana beberapa detik setelah lepas landas karena masalah dengan perbaruan penggerak yang merupakan mesin era-Soviet. Setelah kecelakaan itu, Orbital segera merencanakan penggantian motornya.

Selama perbaikan, Orbital menumpangkan dua kapal kargo Cygnus ke roket Atlas, yang dibangun dan diluncurkan oleh United Launch Alliance, kemitraan antara Lockheed Martin dan Boeing.

Orbital melakukan uji penyalaan mesin Antares selama 30 detik di landasan luncur Virginia pada 31 Mei, namun belum pernah berhasil menerbangkan roket yang sudah diperbarui itu sebelum Senin.

Misi itu menjadi lebih penting bagi Badan Aeronautika dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) setelah kecelakaan 1 September menghancurkan roket Falcon 9 yang dioperasikan oleh SpaceX milik Elon Musk dan sebuah satelit komunikasi Israel senilai 200 juta dolar AS.

Kecelakaan itu, yang terjadi saat roket tersebut sedang diisi bahan bakar sebelum duji coba pra-peluncuran rutin memberikan pukulan bagi SpaceX, satu-satunya perusahaan selain Orbital yang dikontrak NASA untuk menerbangkan kargo ke stasiun luar angkasa.

Kontraktor-kontraktor swasta untuk pengiriman kargo itu menjadi penting menyusul pemensiunan pesawat-pesawat pengangkut pada 2011.

Dengan SpaceX sedang tidak aktif, NASA mengatakan menambahkan lebih banyak makanan, pakaian, laptop dan bagian baju luar angkasa ke daftar muatan Cygnus. (Uu.Ian/KR-MBR)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016