Shanghai (ANTARA News) - China meluncurkan penerbangan terlama luar angkasa berawaknya, Senin, dengan mengirim dua antariksawan ke orbit untuk menghabiskan waktu sebulan di laboratorium luar angkasa.
Penerbangan itu adalah bagian dari rencana utama, menggiatkan layanan stasiun luar angkasa secara tetap pada 2022.
Pesawat Shenzhou 11 meluncur pada 07.30 waktu setempat dari landasan pacu di Jiuquan, Gurun Gobi, demikian siaran langsung saluran televisi pemerintah.
Astronot itu akan tinggal di laboratorium Tiangong 2 atau "Istana Surga 2", yang diluncurkan ke luar angkasa pada bulan lalu.
Keduanya akan menjadi astronot China paling lama tinggal di luar angkasa, kata media pemerintah.
Wakil ketua Komisi Militer Pusat, Fan Changlong, Senin pagi menemui astronot Jing Haipeng dan Cheng Dong. Ia menyampaikan harapan misi itu dapat berjalan lancar, kata kantor berita pemerintah Xinhua.
"Kalian akan berkelana ke luar angkasa untuk mewujudkan mimpi China," kata Fan.
"Berbekal pelatihan keras dan ilmu pengetahuan, serta pengalaman dari misi sebelumnya, kalian akan menjalani tugas yang sulit dan mulia. Kami berharap kalian berhasil dan kembali membawa kabar baik," katanya.
Shenzhou 11 merupakan pesawat luar angkasa ketiga untuk Jing yang akan mengepalai misi tersebut serta merayakan ulang tahunnya ke-50 di orbit.
Tiga astronot China sempat menjalani misi tinggal di luar angkasa selama 15 hari dalam Tiangong 1 di orbit pada 2015.
Peningkatan aktivitas program luar angkasa merupakan agenda prioritas Presiden Xi Jinping yang mendorong China agar menjadi negara adidaya luar angkasa.
China menegaskan, program luar angkasanya ditujukan untuk misi perdamaian.
Shenzhou 11 yang berarti "Pesawat Istimewa" juga membawa tiga hasil eksperimen pelajar sekolah menengah asal Hong Kong yang terpilih dalam kompetisi ilmiah. Salah satu eksperimen yang dibawa ke luar angkasa adalah ulat sutra.
Kementerian Pertahanan Amerika Serikat mengamati China telah meningkatkan kemampuannya di bidang luar angkasa. Pihak itu mengatakan, aktivitas tersebut dilakukan untuk mencegah negara lain menggunakan aset luar angkasa di saat krisis.
China tengah mengembangkan program luar angkasanya untuk kepentingan militer, komersial, dan ilmu pengetahuan. Namun, negara itu masih mengejar ketertinggalan dari AS dan Rusia.
Robot penjelajah China, Jade Rabbit mendarat di bulan akhir 2013, tetapi alat itu dikabarkan rusak cukup parah.
Robot itu beserta roketnya Change 3 berhasil menjalani "pendaratan" pertama di bulan sejak misi itu dijalankan pada 1976.
AS dan Rusia berhasil menjalani misi tersebut jauh lebih awal.
China akan meresmikan "modul dasar" untuk stasiun luar angkasa pertamanya pada 2018, kata pejabat tinggi pada April, sebagai upaya menggiatkan layanan stasiun luar angkasa tetap pada 2022, demikian Reuters.
(Uu. KR-GNT)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016