"Kami memiliki atensi untuk ikut mendukung pelestarian seni budaya daerah sekaligus menjadikannya sebagai media sosialisasi kamtibmas," kata Kasubdit Pembinaan Ketertiban dan Penyuluhan (Bintibluh) Polda Jatim AKBP Mamik Darmiati kepada Antara di Tulungagung, Minggu.
Ia menjelaskan, ada empat daerah yang menjadi lokasi safari pertunjukan seni budaya lokal dengan misi kamtibmas tersebut, yakni Tulungagung, Madiun, Bojonegoro dan terakhir Surabaya.
Di Tulungagung, pentas paguyupan seni Siswo Budoyo telah tampil pada Jumat (14/10) malam di aula Klenteng Djoe Tik Kiong, Tulungagung.
Pertunjukan yang berlangsung hingga larut malam dengan lakon andalan yang kerap dibawakan PS Siswo Budoyo semasa jayanya di era 1970-1980-an, "Sampek Engtai" dengan skript cerita percintaan sepasang sejoli dengan latar budaya China di Indonesia.
"Dalam cerita ada selipan pesan moral yang disampaikan kepada penonton. Kami berharap media komunikasi seni-budaya ini efektif dalam mengkampanyekan keamanan dan ketertiban masyarakat," kata AKBP Mamik.
Sebelum pentas ketoprak budaya yang menyerupai pertunjukan teater tradisional khas dengan humor dan seloroh segar dalam ramuan lawak di tengah lakon cerita itu, lanjut Mamik, penonton juga disuguhi kolaborasi penampilan wayang kulit "Revoluasi Mental" yang dibawakan oleh anggota polisi sekaligus seniman pedalangan, AKBP Dodik Eko Wijayanto.
"Beliau kolega saya di kabag binopsnal Direktorat Binmas Polda Jatim dan memang memiliki darah seni. Dari beliau juga gagasan pelayanan dan penyuluhan masyarakat menggunakan sarana seni-budaya berkembang," katanya.
Menurut Mamik, sosialisasi dan penyuluhan kamtibmas di wilayah Polda Jatim sangat perlu, karena gerakan radikalisme terus tumbuh dan berkembang.
"Dua isu yang menjadi sorotan kami, pertama terkait narkoba dan kedua soal radikalisme. Isu kamtibmas lain tentu juga tidak luput dari kampanye budaya ini termasuk soal Dimas Kanjeng, misalnya. Kami sesuaikan dengan isu kamtibmas terkini juga nilai-nilai kearifan lokal," ujarnya.
Pewarta: Destyan Handri Sujarwoko
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016