Jakarta (ANTARA News) - Politisi senior Sabam Sirait (80) dinilai telah mewariskan nama baik bagi bangsa dan negara, karena dia berhasil mengalami masa pemerintahan tujuh presiden, dan tetap konsisten menjaga nama baik.
Sabam Sirait mengalami masa pemerintahan Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY dan Joko Widodo. Sabam, yang menjadi anggota DPR tujuh periode, juga pernah menjabat sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung dua periode, kata politisi PDIP Mauarar Sirait dalam siaran persnya di Jakarta, Minggu.
"Papa tidak mewariskan kekayaan. Papa meninggalkan nama baik," kata Maruarar Sirait, saat menyampaikan sambutan dalam perayaan Hari Ulang Tahun ke-80 Sabam Sirait, Sabtu (15/10).
Maruarar mengatakan, ayahnya juga mengajarkan kepadanya untuk terus konsisten dalam memperjuangkan aspirasi rakyat.
Sejumlah tokoh hadir dalam acara itu, antara lain mantan Ibu Negara Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid, mantan Ketua DPR Akbar Tandjung, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menkum HAM Yasonna Laoly, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Pangkostrad Letjen Edy Rahmayadi dan Wakapolri Komjen Pol Syafruddin.
Hadir juga Gubernur DKI Jakarta Basuki Thahaja Purnama, pengusaha Chairul Tandjung serta anggota DPR seperti Ruhut Sitompul dan Nico Siahaan. Hadir pula Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal M Iriawan, cendekiawan Yudi Latif dan pengamat politik Muhammad Qodari.
Menkumham Yasonna Laoly menilai Sabam adalah guru politiknya. Sabam mengajarkan pada soal konsistensi dalam perjuangan dan kelenturan dalam politik. "Pak Sabam ini rendah hati, dan selalu menunjukkan bahwa politik itu suci," ujarnya.
Sementara Menag Enggartiasto mengatakan Sabam merupakan tokoh legendaris. Selain selalu konsisten dengan keyakinan politiknya, Sabam juga sosok yang santun dalam berpolitik.
"Pak Sabam teguh dalam memegang sopan santun dan tidak pernah meghalalalkan segala cara. Maka beliau sangat dihormati aktivis kelompok Cipayung,"kata Enggar.
Mantan Ketua DPR, Akbar Tandjung, juga mengagumi Sabam sebagai seniornya di aktivis mahasiswa Cipayung. Bagi Akbar, terpilihnya Megawati Soekarnoputri sebagai Presiden ke-5 juga tak lepas dari peran Sabam.
Bagi Akbar, Sabam adalah tokoh penting dalam fusi sejumlah partai nasionalis menjadi PDI pada 1973. "Saya akan belajar dari pengalaman yang Bang Sabam lakukan," kata Akbar.
Pewarta: Ruslan Burhani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016