Jakarta (ANTARA) - Kebutuhan gas untuk industri masih kurang sehingga pemerintah harus mengupayakan untuk mengekplorasi sumur-sumur gas di Indonesia, kata Menteri Perindustrian, Fahmi Idris, di Jakarta, Jumat. Menteri yang ditemui di Rapat Koordinasi BUMN mengatakan ada sejumlah sektor industri yang masih kekurangan gas seperti industri sarung tangan, keramik, bola lampu, dan pukuk. "Industri sarung tangan kita menguasai 80 persen pasar dunia. Keramik juga kekurangan," katanya. Defisit gas membuat sejumlah industri di dalam negeri terancam hengkang dari Indonesia yang menyebabkan kuantitas maupun kualitas pasokan gas tidak sesuai dengan kebutuhan sehingga industri bekerja tidak maksimal. Kebutuhan gas dalam negeri yang belum terpenuhi yaitu 0,3 miliar kaki kubik per hari, sedangkan kebutuhan gas dalam negeri pada tahun 2007 sebesar 8,4 miliar kaki kubik. Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro mengatakan daerah yang kekurangan gas adalah Kalimantan Timur, Jawa Timur dan Sumatera bagian Utara. Untuk itu, Menteri Perindustrian mengatakan ekspor gas tidak akan diperpanjang untuk menjamin pasokan dalam negeri. Sementara itu, kekurangan produksi juga terjadi untuk komoditi baja. Saat ini total produksi masih jauh dibawah total konsumsi. "Kita masih impor, di beberapa negara, baja justru megalami `over supply`," katanya. Kebutuhan baja nasional diperkirakan sekitar empat juta ton per tahun. Krakatau Steel dan enam pabrik baja lain hanya mampu meproduksi dua juta ton per tahun. Sehingga, untuk meningkatkan produksi, Krakatau Steel diminta mulai membangun pabrik di Kalimantan pada Juni 2007. Selain itu, harga pelat baja yang merangkak naik juga menimbulkan sejumlah masalah bagi konsumen, diantaranya adalah produsen kapal karena bahan baku utama mereka adalah baja.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007