Batam, Kepulauan Riau (ANTARA News) - Sebanyak 90 persen ikan hasil tangkapan nelayan Kota Batam Kepulauan Riau diekspor ke Singapura untuk memenuhi keperluan negara itu.


"Memang lebih banyak kami jual ke Singapura, kira-kira 90 persen," kata Ketua Harian Kelompok Usaha Bersama Nelayan Bina Batam Madani, Musa, di Batam, Kamis.

Harga yang ditawarkan pasar Singapura lebih tinggi dibandingkan pasar dalam negeri, sehingga nelayan lebih suka menjual hasil pencariannya ke Negara Singa.

Contohnya saja, harga ikan pari di Singapura lebih dari Rp100.000 per kg, sedangkan harga dalam negeri paling tinggi Rp80.000.

Penjualan ikan ke Singapura dilakukan melalui kelompok pengumpul warga negara Indonesia, yang siaga di laut untuk menampung tangkapan ikan nelayan.

Penjualan dilakukan langsung di atas kapal, sebelum nelayan merapatkan kapalnya kembali di pelabuhan.

"Biasanya dilakukan malam hari, karena pasar ikan di Singapura buka jam 2.00 dini hari," katanya.

Hal itu juga dilakukan karena pasar Singapura menginginkan ikan dalam kondisi segar.

Ia mengaku, pengumpul tidak menekan nelayan untuk menjual ikan dalam harga murah, karena yang ditawarkan pun nilainya lebih tinggi dibanding penjualan di Batam.

"Tidak murahlah, harga pasar saja," kata dia.

Bahkan, cerita Musa, bila nelayan mau, maka diperbolehkan ikut ke Singapura untuk menyaksikan penjualan ikan demi mengetahui harga di pasar.

Hal senada dikatakan Ketua Umum KUB Bina Batam Madani, Mansar, yang menyatakan mayoritas ikan hasil tangkapan nelayan diekspor ke Singapura.

"Memang begitu dari dulu," katanya.

KUB Bina Madani Batam merupakan kelompok usaha nelayan terbaik se-Indonesia, hasil penilaian dari Bank Indonesia, karena mampu mengelola dana sekaligus menyejahterakan anggotanya.

Pewarta: Jannatun Naim
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016