London (ANTARA News)- Diplomasi harus diberikan waktu untuk bekerja dalam pertikaian Barat dengan Iran menyangkut program nuklirnya yang kontroversil, kata wakil Menlu AS urusan politik, Kamis dan menambahkan bahwa konflik dengan Iran tak "diinginkan" atau tidak dapat dielakkan." Berbicara dengan radio BBC, Nicholas Burns mengatakan Barat "sedikit banyak telah bersabar" dengan mengutamakan diplomasi jika itu bisa dilakukan, dan menambahkan masih ada waktu bagi satu penyelesaian diplomatik atas masalah tersebut. "Kita memiliki waktu untuk berusaha di sini, dan saya kira jika diplomasi terus dilakukan, dan berhasil, maka kita harus bersabar sedikit tentang itu," kata Burns kepada radio itu. "Anda tidak dapat hanya bereaksi dengan emosional apabila anda berbicara tentang masalah-masalah yang sangat serius." Ia menegaskan: "Pandangan kita adalah konflik militer tidak diinginkan dan tentu tidak tak dapat dielakkan, dan jika kita dapat bekerjasama dengan cekatan .. maka kita bisa berhasil. Kita harus harus berusaha." Iran mengatakan program pengayaan uraniumnya adalah untuk tujuan damai, sipil, tapi negara-negara Barat mencurigai Teheran menggunakannya untuk membuat bom nuklir, dan mengenakan sanksi-sanksi terhadap negara Timur Tengah itu untuk menghentikan program nuklir itu. Burns juga mengatakan sehubungan dengan dugaan peran Iran mempersenjatai kelompok Syiah di Irak, yang AS duduki Maret 2003, dan memiliki kehadiran militer sekitar 170.000 personil, Amerika harus berusaha untuk menyakinkan Iran agar "memainkan peran yang lebih produktif." "Pesan kepada Iran adalah, kita tidak ingin memprovokasi satu konflik dengan mereka, dalam kenyataannya kita menginginkan hubungan yang damai dengan Iran," kata Burns dan menambahkan bahwa AS akan membela pasukannya di Irak jika mereka diserang. "Saya dapat mengatakan bahwa fokus dari usaha-usaha kita haruslah "berusaha meyakinkan pemerintah Iran untuk memainkan peran lebih produktif, peran lebih produktif untuk memperkuat perdamaian di Irak," demikian AFP.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007