Bandung (ANTARA News) - Sebanyak 300 siswa Sekolah Luar Biasa (SLB), atlet dan komunitas difabel lainnya mengikuti Jambore Difabel dalam memperlihatkan eksistensi dan kemampuannya di bidang seni dan olahraga, di Lapangan Basket Komplek Olahraga Saparua Park Bandung, Rabu.
"Penyelenggaraan Jambore Difabel ini diharapkan pula bisa menjadi ruang edukasi bagi masyarakat umum mengenai dunia disabilitas. Masyarakat lebih memahami dunia disabilitas, paham menempatkan diri dan memperlakukan masyarakat difabel dalam kehidupan sehari-hari," kata Wakil Ketua Sub Bidang PDU PON XIX dan Peparnas XV Dadang Mochamad Masoem, di Bandung, Rabu.
Ia menjelaskan, Jambore Difabel ini juga merupakan rangkaian kegiatan menjelang pelaksanaan Pekan Paralympic Nasional (Peparnas) XV 2016 Jawa Barat, PB PON XIX dan Peparnas XV 2016.
Selain diisi dengan permainan, kata Dadang, Jambore Difabel ini juga menyuguhkan pertunjukan musik dan atraksi kehebatan para difabel. Dan yang tidak kalah pentingnya saat Jambore Difabel akan dilaksanakan tes jalan fasilitas bus khusus difabel yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
"Kegiatan Jambore Difabel Peparnas XV adalah sebagai bukti bahwa penyelenggaraan Peparnas XV bukanlah pesta masyarakat olahraga semata, melainkan milik semua elemen masyarakat," kata dia.
Penyelenggaraan Peparnas XV mempertandingkan 13 Cabang Olahraga, yaitu angkat berat, atletik, bola voli duduk, bulu tangkis, catur, goal ball, judo, panahan, renang, sepak bola CP5 Side, tenis lapang kursi roda, tenis meja, dan tenpin bowling.
Pertandingan-pertandingan cabang olahraga dilaksanakan di 14 venue pertandingan, yang semuanya di wilayah administratif Kota Bandung dan untuk upacara pembukaannya akan dilaksanakan di Stadion Siliwangi Kota Bandung, pada Sabtu 15 Oktober 2016.
Peparnas lebih dari sekedar multievent olahraga semata, yang mempertandingkan cabang olahraga prestasi dengan kebanggaan sebagai juara atau pemenang bagi pesertanya.
Dadang menjelaskan, Peparnas adalah wadah bertemunya para manusia super pemenang dalam pertarungan kehidupan dan dengan segala "keterbatasan" yang melekat pada dirinya, mereka mampu bertahan dan justru mengasah kemampuannya dalam bidang olahraga, bahkan sampai melebihi kemampuan manusia biasa yang jauh dari "keterbatasan" tersebut.
"Tidak ada lagi predikat yang bisa disematkan pada mereka, selain manusia super yang menjalani takdir sebagai pemenang. Mampu melawan segala keterbatasan, memahami bahwa keterbatasan adalah kebebasan tanpa batas. Mereka-lah sesungguhnya jawara kehidupan ini," katanya.
Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016