pembangunan bisa dilakukan paling tidak tiga-empat tahunJakarta (ANTARA News) - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan pemerintah sedang menunggu proposal kereta semi cepat Jakarta-Surabaya dari Jepang, sebelum pemerintah mengambil keputusan untuk membangunnya.
"Kami minta Jepang untuk memberikan semacam proposal, apa yang dimaksud dan akan dikerjakan. Termasuk timeframe-nya," kata Budi di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Selasa.
Budi mengatakan pemerintah telah menawarkan proyek konektivitas ini kepada Jepang sebagai hasil pembicaraan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan dengan Perdana Menteri Shinzo Abe.
Namun, menurut Budi, pemerintah Jepang sedang menyusun proposal kereta semi cepat yang mencakup hal-hal teknis penggunaan rel dan jenis kereta yang digunakan.
"Di proposal itu akan mengatakan misalnya bisa menggunakan rel yang ada tapi menghilangkan lintasan sebidang. Itu yang paling rasional. Atau mengganti kereta api dengan sistem lain. Proposal itu yang belum kami dapatkan," kata Budi.
Budi mengharapkan, apabila proposal ini selesai, maka studi kelayakan proyek ini bisa segera dilakukan dan pembangunan dapat dimulai dalam empat tahun ke depan.
"FS (studi kelayakan) paling dua atau tiga bulan maksimal. Bersamaan itu mungkin juga akan datang FS dari Jepang. Setelah FS, perencanaan, pembangunan bisa dilakukan paling tidak tiga-empat tahun," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengharapkan Jepang mengerjakan proyek kereta semi cepat Jakarta-Surabaya.
"Kami sudah menyampaikan surat resmi kepada Pemerintah Jepang untuk dapat mengerjakan proyek ini. Secara pribadi saya yakin teknologi Jepang tepat untuk proyek ini," kata Luhut.
Pewarta: Satyagraha
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016