Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia berupaya segera mendapatkan klarifikasi dari India terkait terganggunya penerbangan pesawat Garuda Indonesia oleh ujicoba rudal balistik nuklir Negara Hindustan itu pada Kamis (12/4).Selain berupaya memperoleh konfirmasi, pemerintah Indonesia juga akan memanggil pihak dari Kedutaan Besar India untuk Indonesia secepat mungkin sehubungan kejadian itu, kata Juru Bicara (Jubir) Departemen Luar Negeri RI, Y. Kristiarto S. Legowo, kepada wartawan di Jakarta, Jumat.India pada Kamis (12/4) melakukan ujicoba rudal balistik nuklir jelajah jarak sedang yang mampu menjangkau kota-kota di China seperti Beijing dan Shanghai.Akibat ujicoba tersebut, dua pesawat Garuda Indonesia Airlines (GIA) tujuan Jeddah dan Irak terganggu perjalanannya sehingga harus melakukan perubahan rute dan akhirnya kembali ke Jakarta."Pesawat Garuda terpaksa harus re-route (mengubah rute) atas kejadian ini dan kembali ke Jakarta," katanya. Ia mengatakan pemerintah RI perlu secepatnya mendapat penjelasan dari pihak India atas kejadian tersebut. India melakukan peluncuran rudal Agni-III itu di Pulau Wheeler, yang letaknya 180 kilometer sebelah timur laut Bhubaneswar, ibukota negara bagian timur Orissa. India, yang melakukan tes senjata nuklir pada 1998, telah berhasil mengembangkan serangkaian sistem nuklir konvensional sebagai bagian dari Organisasi Riset dan Pengembangan Pertahanan (DRDO)'s Program Pengembangan Rudal yang Terpadu yang diluncurkan pada 1983. Agni adalah salah satu dari lima rudal yang dikembangkan oleh DRDO. New Delhi telah mulai memproduksi dua varian dari Agni - Agni I berkemampuan jelajah 700 kilometer dan Agni II berkemampuan jelajah 2.500 kilometer, setelah penerbangan ujicoba kedua rudal balitistik itu beberapa kali sejak 1993. Sebelumnya, saingan India dalam persenjataan nuklir, Pakistan, menyatakan sukses mengujicoba penembakan sebuah rudal jelajah berkemampuan nuklir. Pakistan dan India sering melakukan uji coba seperti itu untuk mendemonstrasikan kesiapan pertahanan mereka. Kedua negara yang bersaing itu telah mempunyai mekanisme kesepakatan untuk saling memberikan notifikasi bila akan mengadakan percobaan serupa. "Kita sangat mengharapkan negara-negara di kawasan dapat memberikan kontribusi terhadap kawasannya termasuk dalam kasus ini," demikian Y. Kristiarto S. Legowo.(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007