Kabul (ANTARA News) - Dua tentara NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) tewas akibat ledakan-ledakan bom pinggir jalan terpisah di Afghanistan timur, sehingga jumlah pasukan asing yang meninggal pekan ini menjadi 11 personel, satu dari minggu-minggu paling berdarah bagi pasukan Barat dalam beberapa bulan belakangan ini. Korban-korban tewas itu terjadi pada hari yang sama ketika sebuah helikopter yang dicarter koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) melakukan pendaratan darurat akibat masalah-masalah teknis di baratdaya Kabul, kata seorang juru bicara militer AS, Jumat. Para penolong ditembaki oleh gerilyawan-gerilyawan Taliban di daerah Provinsi Ghazni setelah mendarat Kamis malam. Tiga gerilyawan Taliban tewas dalam baku tembak itu, tapi tidak ada korban di pihak pasukan penyelamat atau lima kontraktor di pesawat itu. Taliban mengatakan mereka menembak jatuh helikopter itu dan tidak ada verfikasi yang independen mengenai berita itu. Pada Kamis siang, dua konvoi NATO sekitar 8 kilometer (km) jauhnya dari operasi-operasi terpisah mendukung pasukan keamanan Afghanistan diserang selama 30 menit, Kamis, kata aliansi itu dalam sebuah pernyataan. Seorang tentara juga cedera. Sebagai bagian dari satu kebijakan baru NATO aliansi menolak merinci di mana serangkaian serangan dilakukan, dan mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengidentifikasi kebangsaan dari mereka yang tewas itu sebelum keluarga yang meninggal itu diberitahu. Aksi kekerasan meningkat selama musim semi menyusul musim dingin mereda setelah tahun lalu terjadi pertempuran paling berdarah sejak Taliban disingkirkan tahun 2001. Delapan tentara Kanada dari Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) yang berada di bawah komando NATO dan satu dari koslisi pimpinan AS tewas akibat serangan-serangan bom di selatan pekan ini. Itu adalah korban paling banyak dalam satu minggu bagi pasukan AS dan NATO, yang sekarang berada di bawah komando AS selama beberapa bulan, demikian Reuters. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007