"Dampak kekeringan yang melanda Kabupaten Kupang mengakibatan sumber air bersih untuk kebutuhan masyarakat Sulamu, serta air untuk ternak sapi mengalami kekeringan yang menyebabkan 50 ekor sapi milik warga Sulamu mati," kata Camat Sulamu Adriel Abineno kepada wartawan di Oelamasi, Ibu Kota Kabupaten Kupang 38 km arah timur Kota Kupang, Senin.
Menurut dia, kejadian matinya 50 ekor sapi milik warga Sulamu terjadi sejak bulan Agustus. Sebelum mati, puluhan ekor sapi itu masuk ke dalam bendungan yang kering untuk mencari air minum.
"Saya punya ternak sapi ada lima ekor yang mati di dalam bendungan di Sulamu. Sapi-sapi itu mati bukan karena penyakit tetapi akibat ketiadaan air minum," tegasnya.
Menurutnya, kejadian ini membuat warga Sulamu menjadi resah karena kerugian yang dialami masyarakat pemilik Sapi mencapai puluhan juta.
Ia mengatakan banyak warga di Kecamatan Sulamu yang mengeluh ketiadaan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga dan kebutuhan air bagi ternak milik masyarakat.
Dikatakannya, kekurangan air bersih sangat dirasakan warga Sulamu karena semua sumber air bersih di daerah itu mengalami kekeringan.
"Musim kemarau yang terjadi tahun ini membuat masyarakat di Sulamu tidak berdaya. Sebagian masyarakat memiliki air sumur, namun air sumur yang dibangun tidak jauh dari pantai rasanya payau karena sudah tercemar dengan air laut, namun karena keterbatasan dana masyarakat terpaksa menggunakan air sumur yang rasanya payau untuk air minum," kata Abineno.
Adriel Abineno mengaku datang ke Oelamasi untuk berkoordinasi dengan Pemerintah Kabupaten dan DPRD Kabupaten Kupang untuk dapat mengalokasikan anggaran membangun sumur bor di Sulamu, untuk mengatasi kekurangan air bersih bagi 70.000 jiwa penduduk Sulamu serta kebutuhan air bagi ternak sapi milik warga Sulami.
"Jika memang anggaran memungkinkan untuk dibangunkan embung di Sulamu karena embung mampu menampung air dalam jumlah banyak yang bisa dimanfaatkan masyarakat di Sulamu ketika mengalami kekurangan air bersih seperti yang terjadi dalam musim kemarau seperti sekarang," tegasnya.
Pewarta: Benidiktus Jahang
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2016