Aradhana Samdhariya tewas karena gagal jantung pada 3 Oktober 2016 atau sehari setelah keluarganya melangsungkan prosesi di Kota Hyderabad, wilayah selatan India, saat dia menunggang kuda dengan orang tuanya untuk merayakan puasa terakhirnya.
Tragedi tersebut menjadi "headline" media nasional pada akhir pekan dan memicu pertanyaan, apakah tradisi India memberikan toleransi keagamaan telah gagal melindungi hal yang paling rentan.
Orang tua gadis nahas itu sepertinya memaksa anaknya untuk ikut serta dalam ritual hanya boleh mengonsumsi air untuk tahun kedua berturut-turut, demikian lembaga hak anak tersebut dalam tuntutannya.
"Ini sudah direncanakan, pembunuhan kejam. Kami menuntut polisi untuk menangkap orang tua tersebut dan pemuka agama," kata P Achyuta Rao selaku presiden kehormatan Balala Hakkula Sangham, kelompok pemerhati hak anak yang berpusat di Andhra Pradesh kepada Kantor Berita Reuters, Minggu.
Kepolisian Hyderabad meregistrasi Laporan Informasi Pertama yang akan ditindaklanjuti dengan investigasi pendahuluan dan memanggil ayah dan kakek Aradhana untuk dimintai keterangan pada Sabtu (8/10).
"Kami catat kasus ini. Investigasi harus dilakukan," kata petugas yang mengatasi kasus tersebut dengan tanpa menyebutkan namanya itu.
Pihak keluarga yang tidak didampingi oleh pengacara menyatakan bahwa mereka bertanya kepada Aradhana yang ingin melanjutkan puasanya hingga 68 hari penuh.
"Kenyataannya dalam persoalan tersebut mereka beratkan juga, tapi gadis itu tidak mendengarkan pertanyaan mereka dan dia sangat tertarik untuk melanjutkan puasa 68 hari," kata petugas.
Anggota keluarga telah secara terbuka menyangkal memaksa gadis itu untuk berpuasa selama perayaan suci Chaumasa yang dilaksanakan oleh komunitas Jain sejak Juli lalu.
Sekitar seperlima dari penduduk India yang berjumlah 1,27 jiwa mengidentifikasi diri mereka sebagai penganut agama selain agama Hindu.
"Kami tidak merahasiakan sesuatu. Setiap orang tahu Aradhana sedang berpuasa. Mereka datang dan berfoto bersamanya. Sekarang beberapa orang menunjuk-nunjuk kami karena mengizinkannya berpuasa selama 68 hari," kata kakeknya, Manekchand Samdhariya, kepada saluran berita NDTV.
Jainisme merupakan salah satu agama kuno yang keyakinan utamanya tidak mengenal kekerasan dan mencintai semua. Penganut Jainisme yang diperkirakan mencapai 0,4 persen penduduk memiliki tipikal melaksanakan diet vegetarian secara ketat.
"Sayangnya insiden tersebut telah terjadi. Orang-orang yang memiliki tanggung jawab harus mengambil langkah tegas untuk menghindari hal itu terulang lagi," kata Uttam Kumar Reddy dari pihak oposisi di Komite Kongres Telangana Pradesh.
LSM anak, Balala Hakkula Sangham, mengumpulkan foto-foto prosesi pada tanggal 2 Oktober 2016 itu sebagai bagian dari dokumen untuk mendukung laporan kepolisian.
LSM tersebut juga mendesak pemerintah mengamankan dua gadis lainnya dalam keluarga tersebut, masing-masing berusia tujuh dan lima tahun, demikian kata Rao.
(Uu.M038/S027)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016