Bitung (ANTARA News) - Festival Pesona Selat Lembeh pada hari ketiga ditutup dengan acara puncak Pagelaran Colorful Bitung yang menampilkan pertunjukan kolosal berupa kolaborasi musik dan tarian kontemporer, Sabtu malam, di Pelabuhan Aertembaga, Bitung, Sulawesi Utara.
Seni pertunjukan itu mengangkat unsur budaya lokal dipadukan dengan kecanggihan seni pertunjukan digital (video maping).
Sekitar 200 penari dari anak-anak sekolah Kota Bitung menyajikan tarian yang menggambarkan lima pesona Kota Bitung yakni Pesona Bahari, Pesona Flora, Pesona Fauna, Pesona Industri, dan Pesona Sejarah-Budaya-Religi.
Tarian dibuka dengan kisah asal mula nama Bitung dari sebuah pohon Witung.
Lalu muncul monyet berbulu hitam dan berjambul pantat warna merah dari segala arah. Bitung menamai monyet pantat merah itu dengan sebutan Yaki.
Lalu muncul binatang khas Bitung lainnya, Tarsius, primata kecil berukuran 10-15 cm yang memiliki mata besar dan ekor seperti ekor tikus.
Kerukunan antarumat beragam di Bitung juga ditampilkan dalam pertunjukan itu.
Ikan cakalang yang menjadi makanan khas Bitung diwujudkan dalam sebuah tarian yang berjudul Tangkap Cakalang.
Semua gerakan tarian yang disajikan tidak sembarangan, melainkan berdasarkan pada gerak dasar tarian tradisional Bitung.
Kemeriahan malam itu tidak hanya karena megahnya pertunjukan tetapi antusiasme masyarakat Kota Bitung yang memadati panggung acara yang letaknya di sisi Selat Lembeh.
Panitia juga menyediakan layar lebar di sekitar pelabuhan untuk warga yang tidak mendapat tempat untuk menonton langsung ke panggung.
Acara ini dihadiri Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey dan Wakil Ketua MPR RI EE Mangindaan serta tuan rumah acara Wali Kota Bitung Max Lomban dan Wakil Wali Kota Maurits Mantiri.
Olly Dondokambey mengatakan ingin meningkatkan pesona wisata di Sulawesi Utara, termasuk Kota Bitung.
"Kami akan genjot program pariwisata di Sulawesi Utara. Target kami pada tahun 2017 akan meraih kunjungan wisatawan 1 juta orang. Mudah-mudahan bisa terwujud," kata Olly dalam sambutannya.
Pewarta: Monalisa
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2016