Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perindustrian Fahmi Idris mengatakan terdapat tiga andalan industri masa depan yang menjadi prioritas utama, yaitu industri agro, industri telematika, dan industri alat angkut, untuk mencapai negara industri maju pada 2025. "Industri agro adalah prioritas utama, saat ini yang akan dikembangkan secara intensif adalah CPO, coklat, dan karet," katanya, setelah menjadi pembicara dalam forum BUMN, di Jakarta, Jumat. Ia mengatakan agar pengembangan industri dapat dilakukan secara fokus, maka dipilih industri-industri prioritas yang mampu didorong dan memiliki potensi daya saing ke depan. Industri tersebut, katanya, bila berhasil dikembangkan, maka akan membawa industri-industri lainnya turut berkembang. Selain tiga industri prioritas tadi, lanjutnya, masih ada dua industri lain yang menjadi fokus, yaitu basis industri manufaktur dan IKM tertentu. Fahmi mengatakan untuk industri agro, strategi pengembangan yang dilakukan adalah memperkuat rantai nilai berupa penguatan struktur, diversifikasi produk, peningkatan nilai tambah, mutu, dan perluasan penguasaan pasar. "Kita mampu memproduksi coklat sekitar 550 ribu ton per tahun, tetapi 80 persen ekspor kita adalah biji coklat. Hal ini berbeda dengan Malaysia yang hanya menghasilkan 50 ribu ton coklat, tapi mampu mengekspor 250 ribu ton produk coklat. Itu menunjukkan kita lemah di industri hilir," ujarnya. Karena itu, lanjutnya, perlu dilaksanakan strategi pokok untuk meningkatkan daya saing, yaitu nilai tambah, produktivitas, efisiensi, dan pendalaman struktur. Selain itu, juga pembangunan industri yang berkelanjutan, dan pengembangan IKM. Fahmi mengatakan juga ada strategi operasional, yaitu pengembangan industri dengan pendekatan klaster, penyebaran industri ke daerah, dan pengembangan lingkungan bisnis yang kondusif. Dengan demikian, ujarnya, sasaran yang akan dicapai pada kurun waktu 2010 hingga 2024 adalah menjadi negara industri maju dapat tercapai. Sementara itu, hingga saat ini di Indonesia masih mengalami kendala di sektor industri, di antaranya impor bahan baku, ragam dan jenis industri yang masih sedikit, belum kuatnya industri kecil dan menengah, dan penyebaran industri yang tidak merata. (*)
Copyright © ANTARA 2007