Jakarta (ANTARA News) - Tim sukses masing-masing pasangan calon gubernur DKI Jakarta melihat jajak pendapat yang dikeluarkan berbagai lembaga survei sebagai evaluasi bagi kinerja maupun pandangan masing-masing calon.
"Kami melihat survei untuk evaluasi," kata Guntur Romli, perwakilan timses Ahok-Djarot saat diskusi "Perang Survei Pilkada", di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (8/10).
Hasil yang ditunjukan survei, terutama yang negatif dijadikan alarm bagi kinerja mereka.
Rekam jejak lembaga survei, kredibilitas serta integritas menjadi pertimbangan tim petahana untuk menilai hasil.
Romli mengatakan mereka lebih memilih lembaga yang menampilkan rekomendasi mengenai kinerja yang dapat ditingkat oleh pasangan calon.
"Melihat respon publik tentang kerja yang sudah dilakukan," kata dia.
Tim Agus-Sylvi, yang diwakili politikus Eko Purnomo, juga menjadikan survei sebagai evaluasi, meskipun pasangan calon tersebut belum memiliki rekam jejak di dunia politik.
"Kami melihatnya sebagai motivasi, lalu evaluasi," kata Purnomo.
Politikus dari Partai Amanat Nasional ini menyatakan partai pengusung selalu menggunakan survei internal mapun eksternal, termasuk ketika mengeluarkan nama pasangan calon yang mereka usung.
Sementara tim Anies-Sandi, yang diwakili sekretaris tim Syarif, berpendapat harus objektif dalam membaca survei.
"Saya menganggap itu referensi, bukan pedoman," kata dia.
Anggota Komisi Pemilihan Umum Pusat, Arif Budiman, menekankan pentingnya lembaga survei untuk menerapkan prinsip keadilan, tidak menguntungkan atau merugikan pasangan calon tertentu.
"Bukan untuk menjatuhkan atau memenangkan, tapi menyampaikan hasil survei," kata dia.
Menurut dia, masyarakat sekarang ini sudah cerdas dalam membaca survei.
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016