"Pertumbuhan Indonesia dari 4,9 persen pada 2016 menjadi 5,3 persen tahun depan utamanya didukung oleh tingkat permintaan domestik," kata Deputi Direktur Departemen Asia-Pasifik IMF Kenneth Kang di Kantor Pusat IMF di Washington DC, Amerika Serikat, Kamis malam.
Kang menilai Indonesia memiliki performa makro ekonomi yang bagus hingga kuartal ke empat 2016, namun ekspor masih akan rendah.
Kang berpendapat bahwa pemerintah Indonesia telah mengalami kemajuan dalam mempercepat pengeluaran infrastruktur, perampungan peraturan, termasuk dimulainya liberalisasi investasi langsung FDI pada Mei 2016.
IMF juga menilai kondisi moneter Indonesia masih cukup stabil yang didukung tingkat inflasi yang rendah, ketimpangan atau "output gap" yang rendah antara potensi dan aktualisasi pengeluaran, serta kondisi pasar global yang membaik.
"Karena itu, dengan dasar yang sudah baik ini, saya pikir yang perlu dilakukan (oleh pemerintah) ke depan adalah membuat kebijakan yang fokus dan inklusif untuk mempertahankan keberlanjutan pertumbuhan yang tinggi ini, kata Kang.
Lebih lanjut, Kang menekankan pentingnya kebijakan yang pro pertumbuhan dan ramah investasi guna meningkatkan pendapat bagi pembangunan infrastruktur dan kebutuhan dana sosial, terutama pendidikan dan kesehatan publik.
Di saat yang sama, Kang menilai perlunya reformasi struktural untuk meningkatkan situasi yang mendukung dan diversifikasi bisnis yang menggerakkan ekonomi.
"Di sini, saya ingin menggarisbawahi perlunya perampingan lebih lanjut dari regulasi yang kompleks dan reformasi ketenagakerjaan, terutama di sektor informal yang jumlahnya hampir setengah dari total lapangan kerja," kata dia.
Selain itu, Kang juga menilai pemerintah Indonesia perlu lebih serius dalam mengurangi angka pengangguran usia muda yang diperkirakan akan meningkat hingga 20 persen.
Proyeksi pertumbuhan Indonesia tersebut termasuk tinggi di kawasan ASEAN, dibandingkan Malaysia sebesar 4,6 persen dan Thailand 3,3 persen pada 2017.
IMF menilai kawasan Asia masih kuat dan stabil di angka 5,4 persen pada 2016 dan 5,3 persen pada 2017 di tengah keberlanjutan kelesuan pertumbuhan global.
Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2016