"Memang benar sejumlah peralatan untuk memantau aktivitas Gunung Bromo hilang, namun kejadiannya pada 18 September 2016 dan sekarang sebagian alat sudah diganti, " kata Kasubid Mitigasi Gunung Api Wilayah Barat Dr Hendra Gunawan saat dihubungi dari Probolinggo, Jumat.
Menurutnya, sebagian alat yang hilang sudah diganti dan petugas sudah memasang kembali peralatan untuk memantau aktivitas Gunung Bromo, meskipun sempat mengganggu monitoring dan pemasangan monitoring di gunung lain.
"Aktivitas vulkanik gunung yang memiliki ketinggian 2.329 meter dari permukaan laut itu cenderung naik berdasarkan data yang terekam di seismograf, namun masih berfluktuatif. Status Gunung Bromo masih siaga," tuturnya.
PVMBG merekomendasikan masyarakat di sekitar Gunung Bromo dan pengunjung, wisatawan, atau pendaki tidak diperbolehkan memasuki kawasan dalam radius 2,5 kilometer dari kawah aktif Gunung Bromo.
Sementara itu, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya mengatakan beberapa alat yang hilang adalah logger tiltmeter ts4200, POE, switch hub 8 port, regular solar panel, moxa serial to utp converter, looger gas sensor CO2, antena broadband, dan DC to DC converter.
"Peralatan tersebut berada dalam satu box beton ukuran 1,5 x 2 meter dalam keadaan terkunci dan dilindungi pagar," katanya.
Ia mengatakan hilangnya alat pemantau itu dapat berdampak pada proses pemantauan aktivitas Gunung Bromo yang menggunakan metode deformasi dan geokimia tidak dapat dilakukan.
"Tingkat ketelitian pemantauan Gunung Bromo menjadi berkurang dibandingkan dengan periode sebelumnya. Kepala PVMBG telah melaporkan hilangnya unit peralatan pemantauan Gunung Bromo kepada Kepala BNPB, Gubernur Jawa Timur, dan Bupati Probolinggo," tuturnya.
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016