Jakarta (ANTARA News) - Analis pasar modal William Surya Wijaya memproyeksikan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam jangka pendek ini akan bergerak konsolidasi yang cenderung menguat menjelang pengumuman hasil kinerja keuangan emiten kuartal ketiga 2016.
"Fokus pelaku pasar sedang tertuju pada hasil rilis kinerja emiten kuartal ketiga yang sedianya akan diumumkan dalam waktu dekat ini," ujar William Surya Wijaya yang juga analis Asjaya Indosurya Securities di Jakarta, Jumat.
Ia optimistis kinerja laporan keuangan emiten kuartal ketiga 2016 ini mencatatkan hasil positif sehingga dapat menjaga fluktuasi indeks BEI di area penguatan.
Ia menambahkan kondisi ekonomi domestik yang relatif membaik, terlihat dari sejumlah data yang telah dirilis seperti inflasi yang terjaga di level rendah, serta meningkatnya cadangan devisa juga akan memberi pengaruh positif bagi emiten yang nantinya akan tercermin dalam pergerakan indeks BEI.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada September 2016 terjadi inflasi sebesar 0,22 persen sehingga inflasi tahun kalender Januari-September 2016 mencapai 1,97 persen dan tingkat inflasi dari tahun ke tahun (yoy) 3,07 persen.
Bank Indonesia juga mencatat posisi cadangan devisa Indonesia akhir September 2016 sebesar 115,7 miliar dolar AS, lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Agustus 2016 yang sebesar 113,5 miliar dolar AS.
Sementara itu, Kepala Riset MNC Securities Edwin Sebayang menambahkan berjalannya program amnesti pajak pada kuartal tiga tahun ini juga turut memberi harapan bagi emiten untuk mencatatkan hasil positif, salah satunya bagi sektor infrastruktur.
"Sebagian dana hasil program amnesti pajak itu sedianya akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur, ada harapan positif bagi emiten yang berkaitan secara langsung terhadap sektor itu seperti konstruksi dan properti untuk mencatatkan kinerja positif," katanya.
Meski ada prospek positif terhadap beberapa sektor, Edwin Sebayang mengatakan bahwa kinerja sektor perbankan diproyeksikan mengalami perlambatan menyusul kebijakan penurunan suku bunga.
"Suku bunga di level single digit dapat menggerus marjin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang dapat mempengaruhi kinerja laba," ujarnya.
Kendati demikian, menurut dia, penurunan suku bunga dalam jangka panjang akan mendorong dunia usaha menjadi tumbuh yang akhirnya berdampak positif bagi perekonomian.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016