"Peserta datang dari berbagai provinsi di Indonesia, seperti Papua, Jakarta, Sumatera Utara," ujar Henny, juga anggota Hubungan Internasional Forum Olahraga Kreasi Budaya Indonesia (FOKBI), di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Jumat.
Rentang umur para peserta kegiatan bertajuk "Wonderful Poco-Poco Marathon Festival" ini pun beragam, dari usia Sekolah Dasar hingga paruh baya.
Latar belakang pekerjaan mereka berbeda-beda, dari anak sekolah, mahasiswa, sampai personel TNI Angkatan Laut.
Menurut Henny, semua peserta menyambut baik acara ini. Sebabnya, senam poco-poco memang lebih "semarak" dan lebih membutuhkan tenaga dibandingkan tarian poco-poco biasa.
"Peserta terutama anak-anak sangat bersemangat senam poco-poco karena ini sejatinya olahraga, bukan sekadar tarian yang melambai-lambai," kata dia.
Pengamatan Antara di lokasi "Wonderful Poco-Poco Marathon Festival" di Hotel Discovery, Taman Impian Jaya Ancol, senam poco-poco nusantara dilakukan secara serentak sesuai kategori, apakah misalnya kategori A1, pria 40 tahun ke atas; A2, pria 40 tahun ke bawah; A3 dan A4 untuk perempuan kategori sama, atau B1 dari kementerian dan lembaga; B2, TNI/Polri; B3, sekolah dan B4, umum.
Setelah aba-aba dimulai, mereka kemudian melakukan gerakan senam poco-poco yang dipimpin oleh tujuh orang instruktur yang disebar di depan, kiri, kanan dan depan diiringi lagu. Ada juri di setiap sisi untuk melakukan penjurian, sebab akan ada pemenang dengan hadiah total Rp150 juta.
Di bawah penerangan lampu berwarna-warni, para peserta dengan bermacam seragam beserta aksesorisnya, ada yang menggunakan pakaian adat maupun buatan sendiri.
Gerakannya tidak cuma langkah kaki khas poco-poco yng memutar ke kiri, belakang, kanan dan depan, tetapi dipadu dengan bermacam gerak tangan meniru beberapa olahraga, seperti tinju, bulu tangkis, renang, basket, silat dan angkat besi. Semua itu dilakukan terus menerus selama lebih dari 10 menit.
"Karena itulah namanya maraton. Kalau tarian poco-poco biasa kan hanya sekitar lima menit," tutur Henny.
Senam poco-poco ini sendiri oleh pemerintah dalam hal ini Kemenpora dijadikan ikon TAFISA 2016 dengan harapan senam asli Indonesia ini bisa mendunia sama dengan cabang olahraga lainnya.
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2016