Jakarta (ANTARA NEWS) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat pagi, turun tajam 13 poin menjadi Rp9.113/9.118 dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya pada level Rp9.100/9.112, menyusul melepas rupiah dari para pelaku pasar. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan pelaku pasar melakukan aksi lepas rupiah untuk mencari untung (profit-taking) setelah mata uang lokal itu berada di bawah posisi Rp9.100 per dolar AS. Aksi lepas rupiah oleh pelaku sebenarnya itu didukung pula oleh Bank Indonesia (BI) yang menjaga mata uang lokal kembali berada di atas level Rp9.100 per dolar AS, katanya. Meski di pasar lokal, lanjutnya, para pelaku asing aktif bermain saham di pasar modal, dan melakukan investasi di SBI, setelah Bank Indonesia mempertahankan tingkat bunga BI Rate yang mencapai 9 persen. Bunga BI Rate oleh pelaku asing dinilai masih cukup tinggi dan ini harus dimanfaatkan dengan menempatkan dananya di instrumen tersebut, ucapnya. Rupiah, menurut dia, sebenarnya masih berpeluang untuk menguat, melihat ramainya pemain asing di pasar lokal melakukan investasi di pasar uang maupun saham, apalagi dolar AS terhadap euro cenderung melemah. Euro terhadap dolar AS naik menjadi 1,3519, euro terhadap yen menjadi 160,55. Kenaikan euro terhadap kedua mata uang asing (yen dan dolar), karena ada ekspektasi bahwa bank sental Eropa akan segera menaikkan suku bunganya, ucapnya. Ia mengatakan terjadinya koreksi terhadap rupiah hanya sesaat, setelah mengalami kenaikan hingga di bawah Rp9.100 per dolar AS, namun melihat pasar masih positif diperkirakan mata uang lokal itu akan kembali membaik. BI juga terlihat mengantisipasi kecenderungan rupiah yang terus menguat, namun apabila posisi rupiah di atas Rp9.100 per dolar AS, maka BI membiarkannya pergerakan mata uang lokal oleh pasar. Jadi BI cenderung hanya menjaga agar likuiditas rupiah tetap terjaga pada level Rp9.100 per dolar dan membiarkan rupiah kembali, namun menjauhi hingga ke level Rp9.200 per dolar AS, demikian Kostaman. (*)
Copyright © ANTARA 2007