Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta Jumat sore melemah tipis tujuh poin mendekati 13.000 tepatnya pada 12.996 per dolar AS, setelah pada hari sebelumnya ditutup pada 12.989 per dolar AS.
"Data tenaga kerja Amerika Serikat yang dirilis pada Kamis kemarin (6/10) yang positif, memperpanjang penguatan dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta.
Situasi itu, lanjut dia, memperkuat peluang bagi bank sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk menaikan suku bunga di bulan Desember nanti. Dolar AS juga ditopang oleh proyeksi data penggajian non-pertanian yang positif.
"Dolar AS masih terlihat kuat menjelang data penggajian non-pertanian Amerika Serikat pada akhir pekan ini yang diperkirakan menghasilkan pertumbuhan jumlah pekerja yang lebih tinggi dari sebelumnya," katanya.
Kendati demikian, ia mengatakan bahwa secara keseluruhan pergerakan pada pasar mata uang komoditas, seperti rupiah nampak terbatas di tengah harga minyak mentah dunia yang relatif stabil.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude berada di level 50,25 dolar AS per barel, dan Brent Crude di posisi 52,20 dolar AS per barel.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada mengatakan bahwa bahwa pelemahan mata uang rupiah masih terbatas seiring dengan adanya harapan akan membaiknya kondisi dalam negeri.
"Nilai tukar rupiah masih tertolong oleh program amnesti pajak, sentimen itu cukup memberikan harapan positif bagi pertumbuhan ekonomi ke depan," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat ini mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi 13.002 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya (6/10) 12.992 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016