Djakarta, 7 Oktober 1954 (Antara) - Berita tentang Presiden Sukarno dengan njonja Hartini mendapat perhatian besar djuga dari pers di Djerman Barat, sehingga koran2 seketjil2nja.
Berita2 dan gambar Sukarno-Fatmawati-Hartini jang disiarkan di Djerman Barat oleh kantor2 berita Amerika Serikat dimuat dihampir semua surat kabar di Djerman Barat dengan tulisan2 dibawahnya seperti: Sukarno diantara dua perempuan, Einen Sturm der Entrustung. Majalah harian di Berlin Der Tagesspiegel menulis sebuah tadjuk rentjana dengan kepala Die Frauen des Herrne dan mempersoalkan kedudukan first lady ditiap negeri.
Dikatakan, bahwa di Saudi Arabia radjadjanja mempunjai sedjumlah besar isteri, tetapi disana orang tidak memperdulikannja, karena Saudi Arabia tidak merupakan negara jang madju, tetapi sebaliknja Indonesia merupakan negara jang agak madju.
Presiden Sukarno baru2 ini mengambil isteri kedua. Ini boleh, karena dia orang Islam. Tetapi walaupun demikian pergerakan wanita di Indonesia mulai berontak. Kalau isteri pertama disebut first lady, bagaimana dengan isteri kedua? Tentunja ia tidak mau disebut second lady, bagaimana orang tetap megnhendaki tingkat2 untuk isteri, maka persoalannja tidak dapat dipetjahkan setjara ilmu mathematik.
Sesungguhnya hanja ada satu djalan keluar: Presiden Sukarno harus melepaskan salah satu dan memilih seorang isteri sadja, sehingga tidak ada lagi first lady, melainkan njonja Presiden. Demikian Tagesspiegel.
Perhatian besar di Djerman Barat antara lain didasarkan pendapat di Eropa, bahwa pemimpin2 Asia lebih mempunjai pengaruh besar atas masjarakat jang tidak begitu tinggi tingkatannja seperti di Barat dan dgn demikian maka tiap tindakan pemimpin baik prive maupun tindakannja sebagai seorang ahli negara mempunya pengaruh lebih besar atas kehidupan masjarakat politis, ekonomis dan sosial daripada di Barat. Demikian kawat Antara Amsterdam.
Sumber: Pusat Data dan Riset ANTARA //pdra.antaranews.com/Twitter: @perpusANTARA
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2016