Jenewa (ANTARA News) - Arus investasi asing langsung (FDI) global diperkirakan akan turun menjadi antara 1,5 triliun hingga 1,6 triliun dolar AS pada 2016, demikian laporan Konferensi PBB mengenai Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) pada Kamis .
Menurut perkiraan dari Global Investment Trends Monitor terbaru UNCTAD, angka 2016 mencatat penurunan 10 persen sampai 15 persen dari 2015. Sementara itu, UNCTAD memprediksi FDI global akan pulih pada 2017 dan 2018,
"Penurunan dalam FDI ini mengganggu, karena ekonomi global kami sangat membutuhkan investasi untuk mendapatkan itu terjadi lagi," kata Sekretaris Jenderal UNCTAD Mukhisa Kituyi.
Laporan ini menjelaskan bahwa penurunan FDI mencerminkan kerapuhan ekonomi global, pelemahan terus-menerus dari permintaan agregat, pertumbuhan lamban di beberapa negara pengekspor komoditas, dan kemerosotan dalam keuntungan beberapa perusahaan multinasional pada 2015.
Sementara itu, jalan menuju pemulihan FDI global terlihat sulit dan penuh rintangan, Kituyi mencatat.
"Kami memperkirakan FDI akan meningkat di 2017, kemudian mencapai 1,8 triliun dolar AS pada 2018, tetapi akan tetap lebih rendah dari puncak pra-krisis," katanya.
Salah satu aspek mencolok dari analisis adalah keragaman antara wilayah yang berbeda.
Di Afrika, arus masuk FDI cenderung kembali ke pertumbuhan pada 2016. Dan setelah penurunan tajam selama tiga tahun terakhir, FDI mengalir ke negara-negara transisi yang juga diperkirakan meningkat moderat.
Tapi di negara-negara berkembang di Asia, Amerika Latin dan Karibia, FDI diperkirakan menurun. Di negara maju, FDI tumbuh tajam pada 2015, namun pertumbuhan ini diperkirakan tidak akan bertahan pada tahun ini.
Keragaman ini berlaku juga untuk mega-pengelompokan. Untuk negara-negara G20, UNCTAD memperkirakan penurunan dalam aliran FDI antara lima hingga 10 persen pada 2016.
Anggota-anggota APEC juga diperkirakan melihat FDI jatuh sebesar 15 persen hingga 20 persen. Namun, negara-negara BRICS bisa melihat FDI kembali ke pertumbuhan, meningkatkan sekitar 10 persen.
Arus FDI telah stabil dalam beberapa tahun terakhir, dengan para analis memperingatkan bahwa ketidakpastian ini akan memiliki dampak negatif pada perdagangan dan nilai tambah global.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016