Denpasar (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu dijadualkan menghadiri Perayaan Pancaran Api Perdamaian di Garuda Wisnu Kencana Park (GWK) Bukit Jimbaran, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu (14/4).
"Sejumlah duta besar negara-negara sehabat dan Gubernur Bali Drs Dewa Beratha telah menyatakan kesediaannya untuk menghadiri upacara akbar Pancaran Api Perdamaian dari Bali yang akan dipimpin oleh Sri Sri Ravi Shankar," kata Ketua Panitia kegiatan itu, Rup Gurbani didampingi rekannya Indah dan Haseena di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan, kegiatan tersebut digelar Yayasan Seni Kehidupan (Art Of Living) Indonesia sehubungan berbagai cobaan yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia dalam beberapa tahun belakangan.
"Perayaan mengusung tema 1.000 tahun Mpu Kuturan untuk Bali 1.000 tahun ke depan` melibatkan ribuan umat utusan dari 1.372 desa adat, utusan dari 27 negara serta wisatawan mancanegara yang sedang berlibur di Bali," kata Gurbani.
Kegiatan bertepatan dengan Hari Raya Saraswati, lahirnya ilmu pengetahuan juga diisi dengan persembahyangan bersama, sekaligus perayaan hari lahirnya ilmu pengetahuan untuk perdamaian dunia dan mengulang kembali peletakan pondasi Bali pada 1.000
tahun yang lalu oleh Mpu Kuturan untuk Bali 1.000 tahun kedepan.
Persembahyangan yang dipimpin Sri Sri Ravi Shankar juga melibatkan sejumlah pendeta, pemimpin upacara keagamaan umat Hindu.
Pancaran Api Perdamaian menurut Rup Gurbani sengaja dikumandangkan dari Bali, mengingat Pulau Dewata ini sejak dulu menjadi tujuan kedatangan orang-orang suci guna membangun peradaban ideal dan tata kemasyarakatan yang harmonis.
Pengalaman hidup dalam suasana harmonis akhirnya mengkristal menjadi konsep "Tri Hita Karana" yang mengatur bagaimana menjalin hubungan yang harmonis antara sesama umat manusia, lingkungan dan Tuhan Yang Maha Esa.
"Tidak satu-dua orang suci yang datang dan menetap di Bali untuk menghasilkan karya-karya terbaik bagi Bali dan masyarakat, namun mereka datang secara silih berganti dalam periode waktu tidak terputus, sejak sebelum dan sesudah zaman sejarah," kata Rup Gurbani.
Rshi Markandeya misalnya pada awal tahun masehi dari tanah Jawa datang ke Bali dengan ratusan pengikutnya yang kemudian pengikutnya itulah disebut orang Bali Aga, yang secara khusus melaksanakan berbagai kegiatan ritual yang hingga sekarang diwarisi
masyarakat Bali.
Menyusul kedatangan Mpu Kuturan yang datang dari Jawa pada akhir milenium tahun masehi atas permintaan Raja Udayana untuk menata kembali tata kemasyarakatan di bidang spiritual (sosio-religius).
Semua itu memberikan pancaran terhadap kekokohan Bali di tengah pergaulan antarbangsa, namun tetap mampu mewarisi tradisinya.
Perayaan Pancaran Api Perdamaian menurut Rup Gurbani sengaja memilih momentum Hari Saraswati mengingat perubahan paradigma berpikir masyarakat Bali terhadap warisan tradisinya serta pengaruh global dibidang spiritual.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007