Bengkulu (ANTARA News) - Bunga bangkai Amorphophallus gigas setinggi empat meter yang merupakan bunga tertinggi di dunia akan mekar di penangkaran milik warga Kepahiang, Provinsi Bengkulu.
"Kami perkirakan mekar dalam dua atau tiga hari ke depan. Tingginya mencapai empat meter," kata Holidin, penangkar bunga bangkai Amorphophallus gigas di Desa Tebat Monok, Kepahiang, Kamis.
Bunga bangkai atau dalam bahasa lokal dinamai bunga kibut merupakan salah satu puspa endemik Bengkulu selain bunga Rafflesia arnoldii.
Di lokasi penangkaran seluas kurang dari tiga hektare di sisi Hutan Lindung Bukit Daun itu, Holidin menangkar empat jenis Amorphophallus, termasuk jenis Amorphophallus gigas.
"Ini yang ketiga bunga Amorphophallus gigas mekar di penangkaran kami," ucapnya.
Sebelumnya, di lokasi penangkaran itu Amorphophallus gigas setinggi 4,1 meter mekar pada Maret 2016.
Jenis gigas hasil penangkaran yang pertamakali mekar pada Maret 2013 dengan tinggi bunga mencapai tiga meter.
Holidin membuka area penangkaran tersebut untuk masyarakat umum tanpa mengenakan retribusi.
Ia dan keluarganya hanya mengharapkan sumbangan sukarela dari pengunjung untuk mendukung perawatan area penangkaran puspa langka.
Selain Amorphophallus gigas, di lokasi penangkaran tersebut juga terdapat jenis Amorphophallus titanum, Amorphophallus variabilis dan Amorphophallus paeonifolius.
Untuk menjangkau lokasi tersebut, pengunjung harus berkendara selama dua jam dari Kota Bengkulu menuju Desa Tebat Monok yang berada di jalan lintas tengah Bengkulu-Sumatera Selatan.
"Lokasi penangkaran kami tidak jauh dari badan jalan raya dan biasanya kami pasang pengumuman bunga mekar di pinggir jalan," kata Holidin.
Amorphophalus gigas termasuk dalam empat puspa langka Bengkulu pemecah rekor dunia yaitu sebagai bunga majemuk tertinggi di dunia, setelah Rafflesia arnoldii sebagai bunga tunggal terbesar di dunia, Amorphophalus titanum sebagai bunga majemuk terbesar di dunia dan Gramatophyllum specium jenis anggrek hutan sebagai bunga terpanjang di dunia.
Pewarta: Helti Marini Sipayung
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016