Washington (ANTARA News) - Kebijakan fiskal yang dirancang secara memadai dapat membantu menurunkan risiko-risiko dari rekor tinggi utang global, menuju pemulihan dan stabilitas keuangan global, kata Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan terbarunya pada Rabu.
"Pada 225 persen dari PDB dunia, utang global sektor non keuangan -- yang terdiri dari pemerintah, rumah tangga, dan perusahaan non keuangan -- saat ini berada pada tertinggi selama ini," kata IMF yang berbasis di Washington dalam laporan Monitor Fiskal.
Laporan itu mengatakan utang global sektor non keuangan telah mencapai 152 triliun dolar AS pada 2015. Sekitar dua-pertiga, atau 100 triliun dolar AS, berasal dari sektor swasta dan sisanya dari utang publik.
Utang swasta yang tinggi tidak hanya di negara maju tetapi juga di beberapa negara emerging market penting di mana kondisi-kondisi keuangannya lebih longgar menyebabkan peningkatan tajam dalam utang sektor korporasi non finansial, menurut laporan tersebut.
"Utang swasta yang berlebihan adalah headwind besar terhadap pemulihan global dan risiko terhadap stabilitas keuangan," kata Vitor Gaspar, direktur Departemen Urusan Fiskal IMF.
"Monitor Fiskal menunjukkan bahwa peningkatan pesat dalam utang swasta sering berakhir dalam krisis keuangan. Resesi keuangan yang lebih lama dan lebih dalam dari resesi normal," kata Gaspar, menambahkan utang publik juga masalah.
"Memasuki resesi keuangan dengan hasil posisi fiskal lemah bahkan kehilangan output lebih besar. Hal ini terutama terjadi di negara-negara emerging markets yang cenderung memotong pengeluaran pemerintah pada saat krisis, yang mencerminkan kondisi keuangan ketat," kata Gaspar.
Untuk mengurangi risiko yang disebabkan oleh utang yang tinggi terhadap pertumbuhan global dan stabilitas, Gaspar percaya kebijakan fiskal dapat memainkan peran penting.
"Intervensi fiskal yang ditargetkan dalam bentuk program yang disponsori pemerintah untuk membantu merestrukturisasi utang swasta dan dukungan publik untuk restrukturisasi sektor keuangan dapat sangat efektif mengurangi kerugian output yang terkait dengan deleveraging sektor swasta," kata Gaspar.
"Tetapi untuk bekerja (berjalan), mereka perlu dirancang secara memadai dan tunduk pada prinsip-prinsip tata kelola yang kuat," kata Gaspar.
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2016