Jakarta (ANTARA News) - Bank Mandiri berhasil menurunkan kredit bermasalah (Non performing loan/NPL) netto dari sebesar 15 persen di bulan Maret 2006 dan 5,9 persen di akhir tahun 2006, menjadi 4,7 persen per 31 Maret 2007. Sementara itu, rasio pencadangan untuk NPL (Provision to NPL Coverage) mengalami peningkatan dari 46,9 persen di bulan Maret 2006 dan 74,8 persen di akhir tahun 2006, menjadi 83,3 persen di posisi Maret 2007, kata Direktur Utama Bank Mandiri, Agus Martowardojo di Jakarta, Kamis.Dijelaskannya bahwa penurunan NPL tersebut terutama disebabkan oleh keberhasilan proses restrukturisasi dan pelunasan beberapa debitur besar selama triwulan I/2007, antara lain Lativi Mediakarya, Kalimantan Energi Lestari dan Bantimurung Indah. Lebih jauh, Agus mengatakan dengan pencapaian NPL netto sebesar 4,7 persen tersebut, maka sesuai PBI Nomor 6/9/PBI/2004 dan perubahannya PBI Nomor 7/38/PBI/2005, Bank Mandiri tidak lagi diklasifikasikan sebagai bank dalam pengawasan intensif Bank Indonesia. Selain itu, sejalan dengan Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Bank Mandiri juga telah memenuhi seluruh kriteria sebagai Bank Kinerja Baik (BKB) yang siap menjadi Bank Jangkar, yaitu bank yang akan berperan sentral untuk mendorong proses konsolidasi perbankan Indonesia dengan memainkan peranan aktif melalui inisiatif akuisisi maupun merger. Pada saat bersamaan, Bank Mandiri juga berhasil meningkat-kan posisinya dalam survei pelayanan prima yang digelar oleh Marketing Research Indonesia (MRI). Pada tahun 2004, Bank Mandiri berada di posisi 11, dan kemudian meloncat menembus 10 besar ke posisi 3 di tahun 2005. Untuk tahun 2006 Bank Mandiri kembali memperbaiki posisinya, yaitu meningkat ke posisi 2, di atas bank-bank BUMN maupun bank-bank asing yang beroperasi di Indonesia. "Hasil survei ini membuktikan komitmen Bank Mandiri bahwa selama proses konsolidasi untuk penurunan tingkat NPL sepanjang tahun 2005 dan 2006, Bank Mandiri juga tetap fokus untuk pengembangkan bisnis dan peningkatkan layanan bagi seluruh nasabahnya secara agresif," ujar Agus.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007