Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta pada Rabu sore melemah lagi 29 poin menjadi 12.994 per dolar AS setelah pada awal pekan menguat, dan kemarin ditutup pada 12.965 per dolar AS.

Analis pasar uang Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, di Jakarta pada Rabu mengatakan bahwa dolar AS bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah menyusul komentar "hawkish" pejabat bank sentral Amerika Serikat (The Fed).

"Pelaku pasar sedikit mengalihkan pandangannya ke perkembangan global, terutama mengenai kebijakan The Fed," katanya.

Kendati demikian, lanjut dia, pelemahan rupiah relatif terbatas mengingat sentimen dari dalam negeri mengenai amnesti pajak masih menjadi harapan positif bagi pelaku pasar uang dikarenakan pengaruh kebijakan itu dipercaya dapat menjaga ekonomi Indonesia ke depan.

"Fundamental ekonomi domestik yang masih baik membuat Indonesia tetap akan dilirik investor global sebagai tempat berinvestasi yang menjanjikan, situasi itu akan menjaga fluktuasi nilai tukar rupiah bergerak stabil," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang bergerak menguat juga turut menjaga rupiah tidak tertekan terlalu dalam. Terpantau harga minyak jenis WTI Crude menguat 1,64 persen menjadi 49,49 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 1,63 persen menjadi 51,70 dolar AS per barel.

Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan bahwa komentar salah satu pejabat The Fed mengenai perekonomian Amerika Serikat yang sudah siap untuk kenaikan suku bunga mendukung dolar AS.

"Presiden Federal Reserve bagian Clevelanda Loretta Mester mengatakan perekonomian sudah siap untuk kenaikan suku bunga," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu ini rupiah bergerak menguat menjadi 12.995 per dolar AS dibandingkan hari sebelumnya (4/10) 12.988 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2016