Bogota (ANTARA News) - Presiden Kolombia Juan Manuel Santos akan menemui pendahulu sekaligus lawan politiknya Alvaro Uribe pada Rabu guna membahas upaya penyelamatan proses perdamaian dengan pemberontak FARC.
Pertemuan genting tersebut digelar setelah mayoritas rakyat Kolombia menolak perjanjian damai yang dianggap Uribe terlalu lunak terhadap pemberontak dalam referendum, membuat nasib proses perdamaian menjadi tidak pasti.
Santos dan Uribe, musuh politik yang punya sejarah rumit, dijadwalkan bertemu pukul 11.30 di istana presiden menurut keterangan kantor Santos.
Santos menjabat sebagai menteri pertahanan dari 2006 hingga 2009 di bawah rezim Uribe, memimpin operasi militer melawan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC).
Namun dia mengubah kebijakan setelah mengalahkan Uribe dalam pemilu 2010, mengawali perundingan damai dengan FARC dan memicu perselisihan dengan sang mantan presiden, yang menyebutnya sebagai pengkhianat.
Santos dijadwalkan bertemu dengan mantan presiden Andres Pastrana (1998-2002), yang juga penentang utama perjanjian damai, sejam sebelum bertemu Uribe.
Kedua pertemuan akan digelar secara tertutup.
Di Twitter, Santos menyatakan bahwa dia mengundang kedua mantan presiden "untuk berdialog....dalam semangat konstruktif."
Pertemuan terakhirnya dengan Uribe terjadi Januari 2011, setelah pemerintahannya mulai pembicaraan rahasia dengan FARC.
Santos berulangkali menawarkan untuk bertemu dengan bekas pendahulu sayap kanannya setelah pembicaraan formal dengan pemberontaj dimulai di Kuba pada November 2012, namun tidak membuahkan hasil.
Setelah rakyat Kolombia memilih menolak kesepakatan damai dengan FARC, ia meminta menteri luar negeri dan pemimpin perundingan damai menggelar pembicaraan darurat dengan oposisi dan mencari kompromi pada Senin.
Uribe dan sekutu garis kerasnya berargumen kesepakatan damai itu terlalu lunak bagi FARC karena akan memberikan jaminan hukuman ringan tanpa hukuman penjara untuk kejahatan-kejahatan yang dilakukan selama konflik dan memungkinkan mereka membentuk satu partai politik.
Konflik Kolombia telah menewaskan 260.000 orang lebih dan menyebabkan 45.000 lainnya hilang selama separuh abad, demikian menurut warta kantor berita AFP. (ab)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2016