Namun, Ketua Umum Himbara, Asmawi Syam, di Jakarta, Selasa, mengaku masih menghitung seberapa besar penurunan tarif tersebut.
"Setelah ada switchingitu nanti bareng-bareng di 10.000 ATM Himbara akan turun," kata Asmawi yang juga Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk (BRI).
Himbara menargetkan di kuartal IV 2016, akan terdapat penggabungan 10 ribu ATM Himbara. Saat ini jumlah ATM milik bank BUMN telah mencapai 55.804 unit di seluruh Indonesia.
Dengan penurunan tarif tersebut, Asmawi mengharapkan volume transaksi masyarakat melalui ATM perbankan BUMN akan meningkat.
Sehingga, volume transaksi akan naik, dan mengkompensasi potensi penurunan pendapatan komisi (fee based income) perbankan karena penurunan tarif ATM.
Oleh karena itu pula, Asmawi meyakini pendapatan komisi perbankan tidak akan tergerus karena penurunan tarif.
Malah, kata dia, kegiatan transaksi perbankan BUMN akan lebih "bergigi" dan bersaing, dengan meningkatnya volume transaksi nasabah melalui ATM.
"Kalau tarifnya turun tapi volumenya bertambah kan sama saja. Orang sekarang tidak bertransaksi karena dianggap mahal sekarang kita turunin, orang yang tadinya tidak mau transaksi jadi ikut. Jadi tarifnya turun tapi volumenya dinaikin," jelasnya.
Direktur Utama PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Ahmad Baiquni mengatakan setelah penurunan tarif ATM di perbankan BUMN, bisa saja perbankan swasta juga ikut menurunkan tarifnya.
"Iya dong, tapi kan prioritasnya ke Himbara dulu, sama saja nanti kita buka lagi siapa yang ikut bergabung," ujarnya.
Tercatat, pada Desember 2015 lalu, saat perbankan BUMN meluncurkan Link ATM Himbara yang baru mencakup 50 jaringan mesin ATM, Himbara sudah menurunkan tarif transfer dan tarik tunai di ATM sesama anggota Himbara.
Tarif transfer, kata Asmawi saat itu menjadi Rp4 ribu per transaksi. Sedangkan untuk tarif tunai di bank lain sesama anggota Himbara menjadi Rp500 per transaksi.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2016