Surabaya (ANTARA News) - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bersama PT Sinar Mas siap mengembangkan "technopark" atau "science and technology park" (STP) untuk membina "techno-preneur" agar bisa menjadi pebisnis di bidangnya.
"ITS sudah merintis STP sejak tahun 2003 saat dipimpin Pak Nuh (mantan Mendikbud Mohammad Nuh), tapi sampai sekarang belum berkembang (jadi STP)," kata Rektor ITS Prof Ir Joni Hermana MScES PhD dalam peresmian Auditorium Sinar Mas di Jurusan Teknik Industri ITS Surabaya, Senin.
Dalam acara yang dihadiri Dirjen Kelembagaan Kemeristekdikti Dr Ir Patdono Suwignjo MEngSc PhD dan Managing Director PT Sinar Mas Ir Gandi Sulistyanto, ia menjelaskan ITS sudah menjadi PTN-BH pada 22 Juli 2015 dan untuk itu dituntut mandiri.
"Karena itu, kami targetkan STP ITS sudah harus ada bentuknya pada 2017. Nantinya, STP ITS bisa menjadi inkubator bagi sivitas akademika yang ingin mengomersilkan risetnya, tapi bisa juga menjadi teaching industry bagi industri, termasuk penyiapan SDM untuk industri, sehingga industri tak perlu punya laboratorium dan ITS sudah memiliki sertifikasi internasional," katanya.
Dalam kesempatan itu, Managing Director PT Sinar Mas Ir Gandi Sulistyanto menjelaskan kemitraan PT Sinar Mas dengan ITS tidak akan berhenti hanya sampai pada bantuan gedung auditorium semata, melainkan akan terus berlanjut.
"Kerja sama akan terus berlanjut, karena kami sudah memasukkan ITS dalam daftar kami sebagai partner university bagi Sinar Mas. Kalau selama ini kami hanya menggandeng ITB, maka ke depan akan kami tambah dengan menggandeng universitas lain, termasuk ITS," katanya.
Sementara itu, Dirjen Kelembagaan Kemeristekdikti Dr Ir Patdono Suwignjo MEngSc PhD dalam "Forum Koordinasi Nasional - Transfer Teknologi dan Inkubasi Bisnis" yang digelar bersamaan peresmian Auditorium Sinar Mas itu menegaskan bahwa pihaknya akan merevisi target 100 STP pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
"Target itu dinilai terlalu ambisius, karena di beberapa negara, termasuk di Taiwan yang maju dalam pengembangan STP juga tidak terlalu besar. Revisi itu kami lakukan menjadi 60 STP, tapi rencana pembangunan STP di lingkungan perguruan tinggi tidak akan terpengaruh dengan revisi itu, bahkan ada tiga STP yang dinyatakan lulus di ITB, IPB, dan UGM," katanya.
Dari pengalaman di Taiwan, sebagaimana disampaikan Chih-Han Chang dari National Cheng Kung Univeristy (NCKU) Taiwan dalam forum tersebut, STP yang dibangun di negaranya tidak bisa dalam waktu sekejap, tapi butuh waktu dan perhatian yang serius.
Chang memaparkan di awal-awal dikembangkannya STP, ia hanya menangani tiga sampai empat "start up" di lembaga inkubasi STP-nya, tapi tahun-tahun berikutnya berkembang pesat dan mengalami kenaikan yang luar biasa, sehingga pada tahun 2015 sudah ada 180-an industri yang tergabung dalam inkubatornya.
Senada dengan itu, Wakil Rektor IV Bidang Peneilitain, Inovasi dan Kerjasama Prof Dr Ketut Buda Artana ST, M.Sc mengatakan ITS sebagai PTN-BH telah menyiapkan strategi dalam bentuk transformasi beberapa pusat studi dan pusat unggulan inovasi menjadi STP.
"Ada tiga bidang yang disiapkan masing-masing, yakni maritim, otomotif, dan industri kreatif. Kami kini sedang menyusun master plan untuk itu bersama Kemenristekdikti. Lahan dan sebagian bangunan sudah kami siapkan. Pertemuan dalam forum koordinasi ini adalah salah satu langkah ke arah merealisasikan STP itu," katanya.
Dalam rencana induknya, ITS telah menetapkan kawasan di sebelah timur Kampus ITS seluas 30 hektare sebagai kawasan STP dan komersial. Untuk pengembangan infrastrukturnya, ITS sebanyak mungkin bekerja sama dengan industri dan institusi lain, serta mencoba upaya pengembangan infrastruktur melalui skema pinjaman luar negeri.
Pewarta: Edy M Ya'kub
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016