Montreal (ANTARA News) - Sebanyak 23 negara resmi terpilih menjadi anggota dewan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) Kategori I dan II untuk periode 2016-2019
Presiden Sidang Majelis ICAO ke-39 Dato Sri Azharuddin Abdul Rahman di Montreal, Senin, mengatakan negara-negara diyakini mampu dalam membawa nama penerbangan dunia lebih baik ke ke depannya.
"Sebagai Presiden Sidang Majelis ICAO ke-39, saya mengucapkan selamat kepada negara-negara terpilih, saya yakin mereka dapat mengabdi kepada organisasi dengan baik untuk dunia penerbangan yang lebih baik," katanya.
Negara-negara Angota Dewan ICAO Kategori I terpilih, di antaranya Australia dengan perolehan 149 suara, Brazil (167 suata), Kanada (142 suara), Tiongkok (154 suara), Prancis (152 suara), Jerman (162 suara), Italia (166 suara), Jepang (155 suara), Rusia (145 suara), Inggris (156 suara) dan Amerika Serikat (151 suara).
Adapun, negara-negara Anggota Dewan ICAO Kategori II terpilih, di antaranya Argentina dengan perolehan 156 suara, Kolombia (154 suara), Mesir (153 suara), India (151 suara), Irlandia (153 suara), Meksiko (160 suara), Nigeria (152 suara), Saudi Arabia (151 suara), Singapore (164 suara), Afrika Selatan (157 suara), Spanyol (160 suara) dan Swedia (154 suara).
Azharuddin menilai negara-negara yang memenangkan pemilihan Anggota Dewan ICAO Kategori I dan II sudah teruji karena negara-negara tersebut sebelumnya juga sudah bertahun-tahun kembali terpilih dan mendudiki kursi bergengsi keanggotaan organisasi penerbangan dunia tersebut.
"Bisa dibilang ini bukan sebuah kontes karena negara-negara yang terpilih hampir sama dan mereka sangat kredibel, kalau tidak, tidak mungkin akan terpilih," katanya.
Direktur Jenderal Penerbangan Sipil Malaysia itu berharap negara-negara yang terpilih menjadi Anggota Dewan
ICAO 2016-2019 serta seluruh Anggota Majelis ICAO bisa menjawab tantangan industri penerbangan saat ini dalam hal keselamatan, keamanan, pelayanan serta lingkungan di tengah kondisi ekonomi global.
"Untuk itu mengapa kami di sini untuk memberikan solusi, bekerja bersama-sama untuk berbagi pengetahuan demi kepentingan industri penerbangan ke depannya," katanya.
Negara-negara Anggota Dewan Kategori I, yaitu negara-negara yang memiliki kepentingan utama dalam transportasi udara, sementara itu untuk kategori II adalah negara-negara yang memberikan kontribusi terbesar dalam ketetapan fasilitas untuk navigasi udara penerbangan sipil internasional.
Sementara itu, Indonesia mencalonkan diri sebagai Anggota Dewan ICAO 2016-2019 untuk Kategori III, yakni negara-negara yang memastikan keterwakilan secara geografis.
Saat ini, Indonesia tengah berjuang untuk merebut kembali kursi keanggotaan dewan tersebut setelah empat kali gagal dalam pemilihan.
Sebelumnya, Indonesia menjadi bagian Anggota Dewan ICAO dari 1962-2001, namun terdepak hingga pada pemilihan pada 2013.
Untuk itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menegaskan dalam pemilihan tahun ini tidak boleh disia-siakan untuk menggalang dukungan.
Salah satu urgensi masuknya Indonesia ke keanggotaan ICAO, yaitu Indonesia bisa kembali mengambil peran dalam pengaturan ruang udara mengingat 45 persen lalu lintas penerbangan dunia dikendalikan Indonesia melalui layanan wilayah informasi penerbangan (FIR) Indonesia.
Lebih lanjut, rinciannya Rute area 1, yakni Asia, Australia dan Afrika dikendalikan oleh FIR Jakarta, rute area dua untuk Asia dan Australian oleh FIR Ujungpandang, rute area empat Asia dan Eropa via Himalaya bagian Selatan oleh FIR Jakarta dan rute area sembilan Ujungpandang serta Asia Tenggara, Tiongkok, Korea dan Jepang oleh FIR Jakarta dan Ujungpandang.
Dengan kata lain, empat dari sembilan jalur penerbangan dikendalikan oleh Indonesia.
Selain itu Indonesia tercatat memiliki 237 bandara, termasuk 27 bandara yang melayani penerbangan internasional dengan Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dinobatkan sebagai 10 bandara tersibuk di dunia oleh Dewan Bandara Internasional (Aiport Council Internasional).
Dilihat dari sisi geografis, Indonesia merupakan rumah bagi 250 juta penduduk dengan 17.000 pulau yang terbentang dari Sabang ke Merauke, Rote ke Talaud.
Berdasarkan pantauan lapangan, tim delegasi Indonesia yang merupakan kolaborasi dari Kementerian Perhubungan dan Kementerian Luar Negeri Indonesia juga terus berdiplomasi dengan mengadakan baik pertemuan bilateral maupun multilateral dengan berbagai negara.
Pewarta: Juwita TR
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2016