Seoul (ANTARA News) - Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki, Kamis, mengimbau internasional untuk membantu pembangunan kembali negaranya setelah perang, seraya mengatakan bahwa rakyatnya berjuang untuk `bangkit dari abu` konflik.
"Karena semua itu tergantung pada sumberdaya seperti minyak dan gas, maka Irak mempunyai potensi besar untuk menjadi negara maju," katanya kepada para pemimpin pengusaha Korea Selatan.
"Meskipun demikian, adalah benar bahwa rekonstruksi tersebut terbengkelai dan semua fasilitas kini menjadi puing-puing. Tetapi rakyat Irak terus berusaha untuk bangkit dari abu peperangan," ujarnya melalui seorang penerjemah seperti dilaporkan AFP.
Irak berusaha keras untuk menjadi negara demokrasi dan damai dalam menghadapi serangan-serangan hampir tiap hari yang dilakukan oleh kaum pemberontak, ujarnya.
"Untuk pembangunan kembali, Irak ingin mendapat bantuan dari negara-negara sahabat ... kami mengharapkan sahabat-sahabat kami bergabung dengan kami dalam upaya membangun kembali negara ini."
Maliki tiba dari lawatan selama tiga hari ke Jepang, Rabu, disertai para menteri di bidang perminyakan, energi, kebijakan industri dan perencanaan kota.
Dia mengatakan, delegasinya membawa banyak usulan untuk proyek-proyek kerjasama di bidang perminyakan, kelistrikan, pembangunan jalan dan sektor kimia, serta mengundang perusahaan-perusahaan Korea Selatan untuk mengembangkan investasinya ke Irak.
"Irak selalu menyambut baik anda dengan tangan terbuka. Jendela-jendela kesempatan kami buka lebar-lebar dan semua jenis kemudahan akan kami berikan," ujarnya.
"Bahkan meskipun kami terlambat untuk memulai pekerjaan rekonstruksi, kami ingin segera mengejarnya."
Kementerian Perdagangan, Perindustrian dan Energi Korea Selatan mengatakan, Seoul, Kamis, telah menandatangani satu memorandum kesepahaman mengenai pengembangan bidang perminyakan dan gas di Irak utara.
Maliki kemudian bertemu dengan Presiden Roh Moo-Hyun dan membahas tentang cara-cara untuk menjalin kerjasama lebih erat di bidang sumberdaya alam, energi dan konstruksi, kata Istana Biru kepresidenan.
Perdana Menteri Irak juga melakukan peninjauan ke pabrik-pabrik industri di kota selatan Ulsan, Jum`at.
Korea Selatan, yang mengirim 1.300 tentaranya untuk tugas kerja bantuan dan rekonstruksi di kota Irak utara Arbil, merupakan pasukan asing terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan Inggris, namun akan menarik mereka pada akhir tahun ini.
Korea Selatan juga memberikan bantuan sebesar 220 juta dolar untuk membangun kembali negara yang porak-poranda akibat perang itu.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007